Kamis, 25 Februari 2010

10 Jenis Terapi Autisme:

Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.



1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.



2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.



3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.



4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.



5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.



6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.



7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,



8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.



9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.



10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

www.autis.info/index.../terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme
Mitos anak Autis

Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.

Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.

Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius

Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau 'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.

Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara

Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.

Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang

Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.

Mitos - mitos lainnya :

* Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua
* Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan perilaku.
* Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film 'Rain Man' yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
* Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
* Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
* Anak autis tidak tersenyum
* Anak Autis tidak menginginkan teman
* Anak autis dapat berbicara jika mereka mau
* Autisme adalah ketidak mampuan emosional


puterakembara.org/ciri.shtml -
Ciri_ciri anak Autis:
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autis) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

Seperti apakah anak yang terkena autisme?
Sejak lahir sampai dengan umur 24 - 30 bulan anak anak yang terkena autisme umumnya terlihat normal. Setelah itu orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan berteman (bersosialisasi). Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.


Komunikasi:
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.

Bersosialisasi (berteman)
Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum.

Kelainan penginderaan
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.

Bermain
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.

Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari.

puterakembara.org/ciri.shtml -
HIPERAKTIF /ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Merupakan salah satu gangguan perkembangan yang terjadi pada anak, di mana anak tidak bisa memusatkan perhatian dan berperilaku hiperaktif. Penyebab gangguan ini belum diketahui sampai sekarang, namun ada bukti bahwa faktor biologis, genetika, lingkungan, dan karakter keluarga berperan dalam pembentukan ADHD. Gejala ADHD sudah tampak sebelum anak berusia 2 tahun atau juga di atas 7 tahun. Gejala yang tampak terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun berupa tingkah laku yang tidak teratur, melempar-lempar sesuatu, atau melakukan sesuatu yang tidak ada tujuannya. Gejala ADHD biasanya tampak baik di rumah maupun di sekolah dengan bukti kelemahan mencolok dalam hal fungsi pekerjaan, akademik, atau sosial. Sekitar 30-80% ADHD akan menetap sampai remaja dan sekitar 65% menetap sampai dewasa.

Tidak semua penyandang hiperaktif termasuk anak autisme. Begitu juga sebaliknya, tidak semua penyandang autisme adalah hiperaktif. Perbedaan antara autisme dan ADHD adalah ADHD tidak mengalami gangguan komunikasi dan interaksi sosial, tetapi karena emosinya yang tidak terkendali, ia sangat sulit berinteraksi sosial dengan teman-teman sebayanya, sedangkan pada anak autisme terjadi gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan kadang-kadang berperilaku hiperaktif. Persamaannya adalah keduanya mengalami gangguan pada susunan saraf di otak.

A. Jenis-Jenis HIPERAKTIF/ADHD

1. Inattentive Symptoms
Anak ADHD jenis ini tidak bisa atau kurang dapat memusatkan perhatian, sulit berkonsentrasi, tidak mau mendengar perintah dan larangan, tidak bisa menyelesaikan pekerjaan, sering kali pekerjaannya menjadi terbengkalai/terlupakan dan terkadang mengalihkan ke pekerjaan lainnya.
2. Hiperactive Impulsive
Anak ADHD dengan jenis seperti ini selalu menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan, sering menginterupsi pembicaraan orang lain, suka sekali mengganggu temannya, terkadang suka membuat keributan, cenderung energik, suka berlari-larian atau melompat-lompat.

B. Beberapa Deskripsi Hiperaktif

Berikut ini beberapa deskripsi mengenai hiperaktif :

* Aktif atau disruptif di rumah atau sekolah, tidak bisa diam, suka sekali hal-hal yang membahayakan tanpa peduli dengan keamanannya.
*

Sensitif dan mudah frustrasi, mudah marah, emosi tidak stabil, mudah menangis, memaksakan keinginan yang harus segera dipenuhi.
* Impulsivitas (mudah terangsang), cirinya adalah sulit untuk menunggu giliran, suka memotong pembicaraan, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diajukan, sering mengganggu teman.
* Mengalami gangguan tidur, seperti tidur larut malam dan mudah terjaga.
* Sukar untuk berkonsentrasi, saat melakukan aktivitas perhatiannya selalu berpindah-pindah dari satu objek ke objek yang lain.
* Berperilaku yang sukar ditebak, mudah panik disertai tantrum yang berlebihan
* Mobilitas tinggi, berjiwa perusak dan banyak bergerak.

Prof.H.M.Hembing Wijayakususma.26 februari.autis hembing center.autishembingcenter.com/index.php?...hiperaktifadhd.2010
3. DECISION MAKING SKILLS (pandai membuat keputusan)
Decision maikong skills adalah kemampuan atau keterampilan dalam menentukan suatu pilihan yang terbaik di antara sejumlah pilihan yang ada.
Cara mengajarkan:
 Batita
- Berikan pasel dalam persoalan untuk ia selesaikan sendiri.
- Libatkan anak dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut dengan keperluannya dan berikan ia dua pilihan.
 Prasekolah
- Tingkatkan kemampuannya dalam pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai hal dalam kesehariannya dan pilihannya mulai diperbanyak misalnya dengan 2 atau 3 pilihan.
- Beri anak kesempatan untuk berjuang dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
 Usia Sekolah
- Saat anak menghadapi masalah, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu apakah anak telah memiliki solusi atas masalahnya.
- Minta anak untuk memikirkan konsekuensi dari setiap solusi yang dikemukakan.
- Buat anak untuk merasa senang dengan cara mengajaknya pergi bertamasya atau piknik pada hari libur dengan cara mn=engajak ke suatu tempat yang ia inginkan dan sukainya.
- Diskusikan apa yang tengah menjadi konflik antara orang tua dan anak.
- Minta anak untuk memikirkan konsekuensi pilihan atau perilakunya terhadap orang lain.
- Ajari anak langkah-langkah pengambilan suatu keputusan, dari mengenali masalah, memikirkan alternatif penyelesaian masalah, menyederhanakan atau mempersempit pilihan solusi, memberi bobot pada masing-masing solusi, sampai mengevaluasi solusi tersebut.
- Katakan pada anak, keputusan yang diambilnya itu bisa saja salah tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba selama beberapa waktu. Dan setelah itu baru diskusikan kembali dengan anak mengenai pelaksanaan dari solusi tersebut.

Pengalaman:
Theresia Puspayanti
Narasumber:
Ester Lianawati, Msi., Psi.,
Dari Fakulatas Psikologi Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta
2. MANAGING FEELINGS / EMOTIONS
(terampil mengolah emosi/perasaan)
Pengelolaan emosi pegang peran sangat penting saat anak dihadapkan pada masalah apa pun. Tanpa dibarengi dengan penataan emosi, masalah yang harus diselesaikan malah menjadi rumit.
Cara mengajarkan:
 Bayi
- Kenalkan berbagai emosi pada bayi, ajaklah ia tersenyum dengan memverinya senyuman, timpali ocehannya dengan riang, dan tanggapi tangisannya.
- Hindari menyalahkan pihak lain untuk menghibur si kecil.
- Menyalahkan pihak lain dan tidak mendewasakan emosi anak. Secara logika dan etika pun, menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang tidak diperbuatnya jelas tidak dapat diterima.
 Batita
- Berikan contoh lewat kejadian sehari-hari sehingga anak tahu nernagai macam emosi.
- Dengarkan dengan sepenuh hati saat anak ingin mengungkapkan perasaannya atau biarkan ia mengungkapkan isi hatinya apabila ia mengalami suatu masalah bantulah anak untuk mnyelesaikan masalah tersebut.
- Biarkan anak tahu bahwa semua emosi itu pada dasarnya positif apabila anak tahu cara menangani atau mengolah masalah tersebut.
 Prasekolah
- Libatkan anak dalam diskusi tentang perasaannya.
- Sering-seringlah bertanya kepada anak tentang perasaannya.
- Ajarkan pada anak bagaimana cara menyalurkan perasaannya terutama emosinya secara sehat.
- Apabila anak suka menulis atau menggambar biarkan ia menuliskan perasaannya atau menggambarkan isi hatinya ke dalam secarik kertas.


Pengalaman:
Theresia Puspayanti
Narasumber:
Ester Lianawati, Msi., Psi.,
Dari Fakulatas Psikologi Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta
IMPROVEMENT SKILLS
Untuk Pengembangan Diri Anak


Terdapat 4 jenis keterampilan membangun diri dalam pengembangan diri pada anak, antara lain:
1. SELF ESTEEM (penghargaan diri).
Self asteem (harga diri) adalah penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Anak yang memiliki self esteem tinggi berarti dia menganggap dirinya mampu (kompeten), dapat meraih kesuksesan, merasa memiliki penam[ilan yang baik, tidak takut untuk berekspresi, percaya diri, dan menyukai dirinya sendiri. Dan jadilah model yang baik bagi anak dalam menyelesaikan berbagai tantangan hidup. Jangan mengeluh, tidak melakukan kecurangan, menjujung etika, dan senatiasa optimis dengan cara bersikapsecara positif yang itu harus ditularkan kepada anak.
Cara mengajarkan:
 Bayi
Stimulasi apa pun dalam porsi yang pas merupakan bentuk pengajaran self asteem pada si kecil. Begitu pula respons yang tepat saat bayi membutuhkan rasa aman dan nyaman. Perhatian, kasih sayang, dan perawatan adalah salah satu unsur dari pembentukan rasa percaya bayi terhadap lingkungan. Dan selanjutnya menjad basic trust ini menjadi pondasi bagi pembentukan self esteemnya.
 Batita
- Ciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk berhasil. Sebaiknya jangan melarang anak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang ingin mereka inginkan. Biarkan imajinasi atau pemikirannya berkembang sesuai dengan kemampuannya. Jika hal tersebut terhambat atau tidak ia lakukan, maka anak tersebut akan merasa bahwa ia tidak memiliki kemampuan dan akan menjadi kurang percaya diri.
- Hargai usaha anak dan beri ia semangat meskipun ia belum nerhasil mencapai tujuannya. Dan sekalipun hasil yang telah dikerjakannya itu berantakan atau belum sesuai tetap saja orang tua harus memberikan semangat untuk anaknya.
- Jangan pernah membanding-bandingkan anak dengan kakak ataupun temannya meski jujur saja mereka mungkin lebih baik dibandingkan dengan temannya.
 Prasekolah
- Beri pujian setiap kali anak berhasil melakukan sesuatu dengan baik. Pujian tersebut hendaknya jelas dan deskriptif.
- Jadilah sahabat yang baik buat anak.
- Jika anak gagal, jangan dimarahi, tapi lakukan evaluasi kembali dan tetap beri ia semangat sehingga self esteemnya tetap tinggi. Sebab apabila kita marahi maka ia akan merasa bersalah atau tidak mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dan akan merasa bahwa apabila ia salah maka ia akan berfikiran untuk diberi hukuman.
- Lakukan hal-hal kecil untuk meningkatkan self esteem anak.
 Usia sekolah
- Jangan segan untuk memberikan pujian bila anak memiliki nilai tinggi atau kemampuannya dalam bidang tertentu meningkat. Dengan begitu ia akan merasa bahwa dirinya baik atau benar, bahkan ia akan berfikiran kalau dirinya akan mendapatkan hadiah karena telah mendapatkan nilai yang bagus atau memuaskan. Meski begitu, tanamkan juga agar nilai bagus itu tidak membuat anak untuk tinggi hati dan merendahkan teman lain yang memiliki nilai di bawahnya.
- Jangan beri target di luar kemampuan anak yang akan berisiko untuk menyebabkan kegagalan di luar porsi anak. Kegagalann memang dapat memacu anak untuk mengevaluasi dan meningkatkan kompetensi diri. Dan apabila gagal maka akan menurunkan iself esteemnya. Oleh sebab itu, anak akan merasa bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan atau tidak percaya diri lagi.
- Saat bersama anak, jalin komunikasi yang hangat, terbuka, dan hindari pertanyaan yang klise maupun pertanyaan yang nadanya mengetes kemampuannya.
- Ajarkan self-talk (bicara pada dri sendiri) untuk mengevaluasi dan memotivasi diri.
- Perbaiki apa yang masih menjadi kelemahan anak. Tetapi jangan paksa anak untuk melebihi kemampuannya dan keegoisan orang tua.
- Hindari mengkritik anak dengan nada menghakimi dan memojokkan. Jika memang harus mengkritik, gunakan pertanyaan yang dimulai dengan pihak "saya (orang tua)" dan bukan "kamu".


Pengalaman:
Theresia Puspayanti
Narasumber:
Ester Lianawati, Msi., Psi.,
Dari Fakulatas Psikologi Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta
ADHD Bersumber di Otak
ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) alias gangguan konsetrasi yang selama ini dituding sebagai salah satu jenis autis, ternyata bersumber dari gangguan neurotransmitter tertentu dalam otak.
Namun penelitian terbaru oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA) yang dipublikasikan di jurnal American Medical Association, September lalu, belum berani memastikan penyebab gangguan ini, walau telah berhasil memetakan lokasi penyebab ADHD di bagian otak.
Penelitian soal ADHD pertama kali dipublikasikan George F. Masih pada 1902 silam. Namun meski telah lebih dari 1 abad, penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya dipahami.
Hasil penelitian menunjukkan, ada banyak faktor mendasar dalam ADHD diantaranya kurangnya perhatian, impulsif dan hiperaktif. Penyebabnya dikaitkan dengan masalah genetik dan kerentanan neurobiologis. Tapi masalah dasar dianggap dalam gangguan neurotransmitter tertentu dalam otak.
Hasil penelitian NIDA menunjukkan bahwa transmisi dopamin, yakni sejenis zat kimia yang diperlukan untuk fungsi normal dari sistem saraf pusat, terganggu dalam beberapa jalur otak pada orang dengan ADHD.
Kesimpulan itu diambil Dr. Nora Volkow dan rekan membandingkan 54 foto otak orang dewasa dengan ADHD dan 44 orang dewasa tanpa gangguan.
Para peneliti menemukan bahwa otak dari orang-orang dengan ADHD, memiliki konsentrasi dopamin reseptor dan transporter yang berkurang, khususnya di daerah-daerah yang terlibat dengan imbalan dan motivasi, dan gangguan ini berhubungan langsung dengan keparahan kekurangan perhatian.
Temuan ini dapat menjelaskan mengapa anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas, ketika tidak ada hadiah langsung, namun mampu berkonsentrasi saat kegiatan yang mereka sukai atau yang dapat diselesaikan dengan mudah.
Para peneliti mengatakan hal itu mungkin juga menjelaskan mengapa pasien ADHD cenderung komplikasi dengan penyalahgunaan narkoba dan obesitas. “Jalur ini memainkan peran penting dalam penguatan, motivasi, dan dalam mempelajari bagaimana menghubungkan berbagai rangsangan dengan imbalan,” kata Volkow.
Dr Andrew Adesman, kepala pediatri perkembangan dan perilaku di Schneider Children’s Hospital di New York, menyetujui hasil studi tersebut. Ia menyebutkan, harus dilakukan penelitian lanjutan terhadap hubungan antara ADHD dan defisit dopamin di daerah tertentu dari otak pertengahan.
Namun ia menyatakan, meskipun ada kemajuan identifikasi penelitian pada otak pasien dengan ADHD, diagnosis klinis ADHD tetap satu, “ADHD tidak dapat didiagnosis dengan neuroimaging,” ujarnya.
Volkow mengatakan hasil penelitian mereka juga memperteguh kepercayaan untuk terus menggunakan obat stimulan dalam pengobatan ADHD, karena hal itu akan memperbaiki jalur dopamin dalam meningkatkan motivasi dan meningkatkan perhatian pada tugas-tugas kognitif. “Tapi penelitian ini harusnya juga menggugah semua orang untuk lebih perduli pada ADHD, terutama para guru dengan murid yang ADHD,” ujarnya.
Ia menyebutkan, salah satu masalah pada anak dengan ADHD adalah masalah motivasi. Para guru, ujarnya, dapat mencari cara untuk meningkatkan daya tarik dan relevansi sekolah bagi anak-anak ini. “Ini kesempatan besar untuk mengembangkan kurikulum yang jauh lebih menyenangkan dan menarik untuk anak-anak menderita ADHD,” tandasnya.
ADHD diperkirakan mempengaruhi tiga hingga tujuh persen dari anak-anak Amerika. Rata-rata, paling tidak satu anak di setiap kelas di Amerika Serikat membutuhkan bantuan untuk gangguan ini. Namun, lebih dari separuh anak-anak ADHD akan terus menampilkan karakteristik dari gangguan selama masa remaja dan dewasa.


matanews.com/2009/10/08/adhd-bersumber-di-otak/
Bekali Anak dengan
LIFE SKILLS
Life Skills adalah Keterampilan yang akan menjadi keberdayaan anak dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Life skills (keterampilan hidup) terdapat 3 bagian, diantaranya:
1. self improvement skills, yaitu kemampuan anak dalam membangun dirinya. Membangun diri disini maksudnya yaitu dalam memiliki harga diri (self esteem) yang baik, memiliki kecerdasan emosi yang stabil, mampu mengahadapi suatu masalah, dan terampil dalam membuat suatu keputusan.
2. relational skills, yaitu kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui kemampuan ini, diharapkan anak bisa bersikap asertif, yaitu dapat mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain. Lewat relation skills, anak juga diharapkan agar dapat menjalin relasi (hubungan) yang positif dan juga agar dapat mngelola konflik dengan orang lain secara b aik.
3. lifelong skills, yaitu keterampilan dalam membangun hidup dan masa depan yang bertujuan dan makna yang sama. Orang tua harus mampu untuk mengenali minat dan bakat yang dimiliki anak, mengenali target yang ingin dicapai oleh anak, dan membuat hidup anak agar lebih bermakna lagi.
Keterampilan-keterampilan hidup diatas tidak dapat diperoleh anak secara otomatis atau tiba-tiba, tetapi harus dikenalkan dan diasah sejak dini. Melalui penguasaan keterampilan hidup, seorang anak diharapkan bisa mengarungi kehidupan yang penuh liku ini. Misalnya, seorang anak yang tidak cerdas dalam hal pendidikannya, tetapi juga cerdas dalam kehidupan sosialnya. Anak tidah hanya pandai secara "teori:, tetapi juga pandai dalam menerapkan teori yang diperolehnya dalam kehidupannya sehari-hari.

Pengalaman:
Theresia Puspayanti
Narasumber:
Ester Lianawati, Msi., Psi.,
Dari Fakulatas Psikologi Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta

Intoleransi Makanan Pada Anak

Satu dari 10 anak penderita hiperaktivitas, atau disebut juga Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), mungkin diperparah kondisinya oleh pola makan yang buruk. Sememtara itu, ada beberapa anak-anak lain yang menderita alergi terhadap makanan-makanan tertentu.

Pengaruh Makanan terhadap perilaku merupakan isu yang kontroversial. Namun, polam akan yang buruk, kekurangan asam lemak esensial, dan alergi makanan dipastikan memperkuat gejala-gejala gangguan tertentu. Gejala itu meliputi perilaku merusak, gelisah, konsentrasi rendah, sulit belajar, canggung, mudah marah, dan kemampuan social yang rendah. Sebagai contoh anakn dengan ADHD diduga sering punya masalah dengan metabolisme gula. Gejala ini lebih terasa di pagi hari ketika makanan bergula dikonsumsi untuk sarapan saat perut kosong. Gula oalahan akan menghilangkan mineral-mineral, khususnya kromium, yang diperlukan dalam metabolisme gula dan mengendalikan kadar gula darah. Defisiensi ini akan menyebabkan hipoglikemia yang mengarah pada tindakan-tindakan agresif.

Kekurangan seng, kalsium, dan magnesium akan menyebabkan kegelisahan, konsentrasi rendah dan kesulitan belajar. Kekurangan mineral ini juga dikaitkan dengan gejala ADHD. Zat gizi lain juga sangat penting ialah asam lemak esensial omega-3 dan omega-6 sejumlah studi menunjukkan bahwa kekurangan asam lemak esensial ini mengaruh pada masalah-masalah perilaku dan kesulitan belajar. Banyak anak ADHD ternyata mengalami kekurangan asam lemak esensial, riset membuktikan bahwa anak-laki-laki cenderung menderita kekurangan asam lemak yang parah, serta kemampuan membaca dan mengeja yang lebih buruk. Studi lain, meski masih pada tahap awal, menghugbungkan depresi dan perubahan suasana hati dengan kekurangan omega-3 para ilmuwam menduga bahwa asam lemak ini meredakan gejala-gejala yang menunjukkan terjadinya perubahan suasana hati. Peningkatan asupan zat ini dalam makanan atau melalui suplemen menunjukkan peningkatan metabolisme otak dan mengatasi gejala ADHD.

Kekurangan thiamin (Vitamin B1), juga berhubungan dengan perilaku agresif, impulsive, dan eratik (tak terduga). Kentang, padi-padian, utuh, kacang-kacangan, biji-bijian, telur, daging, sayuran, dan beras merah merupakan sumber yang kaya akan vitamin B1. vitamin b6 pun tak kalah pentingnya.

Banyak studi yang menunjukkan adanya hubungan antara alergi makanan dan intoleransi makanan dengan masalah-masalah perilaku, seperti ADHD beberapa pakar nutrisi percaya kalau gula tidak berhubungan dengan masalah perilaku. Namun, intoleransi dan alergi terhadap bahan-bahan aditif makanan, khususnya pewarna yang sering didapatkan pada makanan manis dan bergula, merupakan akar masalahnya. Menyingkirkan alergen makanan terbukti efektif dalam menangani anak ADHD.


www.kulinet.com/baca/intoleransi-makanan-pada-anak/183/
ANAK ADHD BERSEKOLAH
Belajar, merupakan suatu proses yang ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya adalah perhatian dan konsentrasi. Bagi anak semacam Andro (ADHD) belajar merupakan proses yang sulit karena mereka tidak memahami bagaimana cara belajar. Kurangnya kemampuan berkonsentrasi membuat segala instruksi dari guru di kelas yang sifatnya kompleks dan terdiri dari beberapa langkah merupakan kesulitan tersendiri untuk dilaksanakan. Barangkali, hal ini terjadi karena mereka hanya mampu menangkap sebagian instruksi tersebut (tidak lengkap).
Untuk membantu mereka, “ bagaimana cara belajar” menjadi hal yang sangat penting. Dari mana sebaiknya harus memulai untuk menyelesaikan tugas, bagaimana mengarahkan perhatiannnya agar tidak mudah terpecah dan bagaiamana bila keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Dalam membantu anak ADHD belajar, ada beberapa pendekatan yang bias dilakukan. Masing-masing dapat saling berkaitan untuk mendorong perilaku yang positif.
- Memberikan Struktur
Yaitu, memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan saat akan memulai berikut segala konsekuensinya.
- Analisis Tugas
Yaitu, memecah tugas besar menjadi komponen-komponen yang memisahkan langkah-langkah yang diperlukan. Misalnya, menyusun dari yang paling kompleks dalam urutan yang masuk akal (logis).
- Modifikasi Perilaku
Yaitu, membentuk perilaku yang diinginkan dengan memberikan reward maupun punishment.
Peran Orangtua
Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan di atas, peran orangtua di rumah sangatlah penting. Tak boleh dianggap remeh. Selain itu, harus ada kerjasama yang baik antara orangtua dan pihak sekolah di mana anaknya belajar.
- Sebaiknya ada kerjasama untuk bisa menentukan kesepakatan-kesepakatan mengenai hal-hal yang diharapkan dan harus dilakukan anak. Buatlaj jadual kegiatan sehari-hari. “Hari ini kita akan ke sekolah, pulang sekolah ke tempat terapi, setelah itu pulang ke rumah.” Biasakan anak untuk menempatkan barang-barang miliknya di suatu tempat yang telah ditentukan. Minimalisasikan pilihan; “Kamu mau belajar matematika atau bahasa Indonesia?” dari pada “Kamu belajar apa?”
- Mengarahkan anak dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Misalnya, untuk mengajari menulis, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah cara memegang pensil dengan benar. Bila tangannya belum kuat, sebaiknya dilakukan latihan penguatan otot tangan (misalnya dengan play doh busa sabun dan lain-lain).
- Pada modifikasi perilaku, orangtua harus menentukan prioritas perilaku spesifik yang akan diubah. Misalnya, membereskan buku setelah belajar. Kemudian buatlah kesepakatan bila anak telah melaksanakan (membereskan buku-bukunya) dengan baik, akan memperoleh reward. Bila sebaliknya juga harus menerima punishment. Agar berhasil, sebaiknya orangtua membantu mengarahkan anak secara terstruktur tentang bagaimana mencapai perilaku yang diharapkan. Misalnya, dalam membereskan buku sebaiknya satu persatu, baru kemudian dimasukkan ke dalam tas dan lain sebagainya.
Peran Guru
Guru dapat melakukan cara yang sama seperti halnya yang dilakukan orangtua di rumah. Namun, sebaiknya disesuaikan dengan konteks bersekolah. Berikut beberapa hal yang bias dan sebaiknya dilakukan guru dalam penerapan pendekatan yang telah disebut di atas.
- Membuat perencanaan belajar. Misalnya menuliskan jadual kegiatan harian di papan tulis secara tersusun dari atas ke bawah. “Hari ini kita akan belajar perkalian, mengamati tumbuh-tumbuhan, mencatat PR dan istirahat!” Berikan peringatan atau pemberitahuan bila akan terjadi perubahan jadual. Mendudukkan siswa dekat dengan guru dapat dilakukan untuk meminimalisasi gangguan dari siswa lain dan guru pun akan mudah mengontrol. Bila diperlukan, terutama pada saat kondisi kelas benar-benar terganggu, siswa dapat dievakuasi ke tempat khusus (ke perpustakaan misalnya).
- Menjaga perhatian anak, yaitu dengan memberikan tanda-tanda yang dapat mengingatkan siswa dan mengarahkannya kembali pada tugasnya. Hal tersebut bias dilakukan dengan menyentuh punda, mengetuk pensil ke meja (saat anak mulai melamun atau terganggu perhatiannya). Berikan instruksi yang singkat dan usahakan ada kontak mata saat instruksi diberikan. Modifikasikan tugas atau instruksi. Misalnya, dengan memberi warna atau garis bawah pada instruksi yang penting adan utama.
- Berikan kesempatan pada anak untuk beristirahat setelah menyelesaikan tugasnya. Misalnya dengan memberikan tugas mengambil buku di kantor, membagikan buku ke teman-temannya atau menyampaikan pesan ke guru lain.
- Bantu anak untuk mendengarkan. Yaitu, dengan cara; Usahakan agar instruksi atau penjelasan diberikan dengan suara yang jelas, keras dan tidak tergesa-gesa. Gunakanlah alat Bantu atau alat peraga seperti gambar saat menjelaskan sehingga anak akan tertarik. Saat menjelaskan sesekali berikan pertanyaan dan libatkan anak dalam diskusi.
- Terapkan displin dengan membuat “kontrak” perilaku berikut konsekuensinya.
Beberapa hal dapat dilakukan oleh orangtua maupun duru dalam mempersiapkan
anak ADHD untuk memasuki gerbang sekolah. Belajar memang tidak mudah, namun bila diterapkan dengan kesabaran, sikap positif dan ikhlas hasilnya Insya Allah akan tidak mengecewakan. Anak akan merasa nyaman dan berkembang dengan konsep diri yang positif. Reward terhadap setiap keberhasilan akan membuat anak menjadi termotivasi, anak akan berusaha lebih keras untuk mengarahkan dirinya kea rah yang lebih baik lagi.
Yang tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah kerjasama dan komunikasi yang baik antara orangtua dan guru dengan satu tujuan demi kebaikan perkembangan anak. Masing-masing memerlukan keterbukaan yang positif dan kesabaran.
Perlu difahami pula bahwa anak ADHD adalah individu yang unik, karena itu ada beberapa di antara mereka memang harus bersekolah di sekolah khusus.
Melalui pendidikan di sekolah khusus (biasanya guru-gurunya lebih memahami kondisinya), kesulitan belajarnya bias diminimalisasi dengan mengarahkan pada strategi belajar yang sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya
anakspesial.com/rehat/anak-adhd-bersekolah/
Teori-teori Penyebab ADHD
• Cedera otak. ADHD bisa terjadi akibat dari infeksi, luka berat, atau komplikasi yang tejadi semasa hamil atau persalinan.
• Merokok. Orangtua terutama ibunya semasa hamil suka merokok, dan perilaku merokok dianggap sebagai pelarian karena sedang mengalami gangguan perhatian, depresi, atau stres, dapat mempengaruhi janin. Sampai saat ini belum ada hubungan ADHD dengan ibu perokok , tapi dari hasil riset telah terbukti dengan jelas bahwa ibu yang merokok selama masa kehamilan adalah satu penyebab gangguan perhatian pada anak-anak.
• Cedera kelahiran. Hasil riset mencurigai penyebab utama ADHD adalah berkaitan dengan neurologis masa kanak-kanak akibat cedera, atau sakit waktu kelahiran.
• Kematangan otak yang tertunda. Hasil riset mengatakan belum ada bukti neurologis yang mendukung teori ini, dan sifatnya masih hipotesis, meski pun perilaku anak-anak ADHD tampak ada gejala-gejala defisit sosial; kurang perhatian, impulsif, dan susah diatur.
• Keracunan timah hitam. Timah hitam sangat berbahaya bagi saraf. Timah hitam bisa ditemukan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: cat dinding rumah dan sudah mengelupas, solder yang digunakan untuk mengelas pipa air, polusi dari bensin yang mengandung timah hitam menimbulkan tingginya kadar timah hitam yang mencemari udara : knalpot dari kendaraan bermotor, polusi pabrik limbah yang mengandung timbal.
• Bahan tambahan pada makanan. Dr. Benjamin Feingold (tahun 1974), spesialis alergi anak, menyatakan bahwa separuh lebih dari hiperaktivitas anak-anak disebabkan oleh pewarna, pengawet, dan perasa buatan (pemanis buatan : aspartam yang terdapat dari merk dagang ‘Equal’ dan ‘Nutrasweet’, penelitian Dr. Grant Martin, Penerbit BIP 2008).
• Makanan tidak sehat. Sebaiknya orangtua memilihkan makanan yang tidak menggunakan zat pewarna dan perasa buatan, begitu juga dengan cokelat, MSG, zat pengawet, kafein. Disarankan mengonsumsi yang rendah gula dan bahkan bebas susu, jika di keluarga ada yang mempunyai masalah mengonsumsi susu sapi. Riset Dr. Conners menyimpulkan bahwa gula dan karbohidrat yang dimakan sendirian saat sarapan bisa menimbulkan masalah perilaku, hal ini bisa dicegah jika digabung dengan protein.
• Gula halus. Gula sebagai salah satu penyebab hiperaktif sudah ditengarai sejak tahun 1929, tapi sampai sekarang bahkan cenderung orang mengonsumsi gula secara berlebihan, dan inilah salah satu penyebab makin banyaknya anak-anak pengidap ADHD. Cara menetralisirnya Dr. Conners menyarankan dan menganjurkan agar imbangi makanan dengan asupan protein yang cukup. Ahli gizi dapat membantu andamemilih makanan yang sehat bergizi dan seimbang.
• Penyakit medis. Penyakit ini bisa menjadikan hal buruk yang spesifik. Penyakit-penyakit ini bisa dihubungkan dengan gejala-gejala ADHD termasuk kekurangan zat besi (anemia) karena cacing kremi. Jangan anggap enteng dengan anemia karena cacing, segera periksakan anak anda kalau tampak sering lemas, bisa saja anak mengidap cacingan.
• Obat-obatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa obat-obatan seperti obat penenang akan memicu munculnya ADHD terhadap anak-anak. Obat-obat penenang itu bisa ditemukan pada obat flu, obat asma, obat alergi. Orangtua harus waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan yang akhirnya bisa memperburuk kondisi anak. Diteliti bahwa obat anti alergi dapat mengakibatkan ketiadaan perhatian.
• Faktor keturunan. Penelitian yang mengejutkan para orangtua adalah bahwa faktor keturunan merupakan faktor tunggal yang dipercaya sebagai denominator umum pada anak-anak ADHD. Anak-anak ADHD empat kali lebih mungkin memiliki saudara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD ketimbang anak-anak normal. Juga, anak-anak yang mengidap ADHD dibesarkan oleh sebuah keluarga adopsi empat kali lebih mungkin memiliki orangtua biologis ADHD dari pada anak-anak tanpa ADHD yang diadopsi.


marinki.blogdetik.com/2009/02/11/kurang-perhatian-adhd/

Rabu, 24 Februari 2010

ADHD, Kenali Gejalanya sejak Dini

ANAK Anda sulit fokus saat belajar? Bisa jadi buah hati Anda terkena ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Sebab itu, kenali gejalanya sejak dini.

ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian(inattentiveness), aktivitas berlebihan (overactivity) dan perilaku impulsif (impulsivity) yang tidak sesuai dengan umumnya.

Dr dr Dwidjo Saputro SpKJ (K) mengatakan, ADHD merupakan kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius.

Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala ADHD. Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Atau anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam. Ia sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor.

Sedangkan pada gejala implusivitas, misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.

"Anak ADHD sering dianggap anak nakal, malas, ceroboh, dan lain-lain. Padahal terapi yang tepat akan menghilangkan gejala pada anak ADH," kata ahli kejiwaan yang juga pendiri dari Smart Kids Clinic-klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar ini. Biasanya gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat sebelum umur 7 tahun. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih, misal di sekolah dan di rumah.

Selain itu gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme), schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi atau gangguan kepribadian. "Orang tua harus hati-hati dalam menentukan apakah anak ADHD atau tidak," ucap dokter yang kemudian mengambil spesialisasi di FKUI itu.

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi keterangan mengenai riwayat penyakit, pemeriksaan medis, dan observasi terhadap perilaku anak. Keterangan ini sebaiknya diperoleh dari orang tua, guru, dan anak sendiri.

Observasi bisa dilakukan pada saat anak melakukan pekerjaan terstruktur di kelas, atau saat anak sedang bermain bebas bersama anak lain. Walaupun ADHD seharusnya muncul di setiap situasi, gejala mungkin tidak jelas bila penderita sedang melakukan aktivitas yang disukainya, sedang mendapat perhatian khusus atau berada dalam situasi yang memberi penghargaan pada tingkah laku yang normal. Dengan demikian, pengawasan selintas di kamar praktik sering gagal untuk menentukan ADHD.

Sementara dokter yang juga merupakan pakar autis, Dr Hardiono Pusponegoro SpA (K) menuturkan bahwa sebenarnya jumlah penderita penyakit ini tidak meningkat. "Penyakit yang sering disertai dengan gangguan psikiatri lain ini bukan meningkat, tetapi semakin banyak orang yang tahu tentang penyakit ini," ucap dokter dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.

Bila dikelola dengan baik, ADHD bisa dicegah. Namun, bila tidak ditangani secara dini, kasus ADHD dapat menjadi pemicu pengguna awal minuman beralkohol, rokok, dan narkoba pada usia muda

www.autis.info/.../159-adhd-kenali-gejalanya-sejak-dini -
Diagnosa ADHD Sedini Mungkin

Di masa balita anak yang aktif bergerak adalah wajar, karena dia sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungan. Namun, jika anak terlalu aktif, mungkin saja terdapat gangguan. Sebelum menyimpulkan tentunya anak perlu didiagnosa terlebih dulu. Umumnya diagnosa dilakukan saat anak memasuki usia sekolah. Bisakah diagnosa dilakukan saat anak di bawah usia 5 tahun? Menurut pakar perkembangan anak ADD/ADHD dari Universitas Mansfield, Eileen Bailey, memaparkan memang sangat sulit mendiagnosa ADHD pada anak di bawah usia 5 tahun karena di masa itu anak-anak sedang mengalami tahap perkembangan yang berbeda-beda. Biasanya perilaku aktif yang berlebihan tanpa memikirkan konsekuensinya merupakan tipikal tingkah laku anak di usia ini, termasuk kemampuan rentang perhatian yang pendek. Anak akan semakin sulit didiagnosa adanya gejala ADHD jika hanya berada di lingkungan rumah saja.
Beberapa kriteria yang mengindikasikan perilaku ADHD akan lebih tampak ketika anak menjalani setidaknya di dua lingkungan yang berbeda, misalnya sekolah dan rumah. Namun, jika Anda yakin anak mengalami gejala ADHD, siapkan jurnal harian untuk mencatat pengamatan yang Anda lakukan selama 6 bulan. Sehingga saat diperlukan, Anda bisa berbagi informasi dengan pakar yang menangani masalah ini.
Jika Anda ingin segera menemui pakar yang menangani masalah ADHD sebelum anak usia 6 tahun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum anak mendapat penanganan yang lebih serius:
Jika selama 6 bulan Anda mendapati gejala-gejala ADHD pada perilaku anak secara konsisten yang tidak sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak. Anak seringkali tertangkap keluar atau melarikan diri ketika berada di prasekolah atau day care. Masalah perilaku terus berlanjut hingga melewati masa 6 bulan pengamatan Anda. Diagnosa idealnya dilakukan saat anak berada di bangku sekolah atau usia 6 tahun ke atas, mengapa demikian? Berikut beberapa alasannya:
Salah satu persyaratan diagnosa, gejala-gejala ADD/ADHD sebaiknya diamati ketika anak sudah memiliki dua lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan sekolah dan rumah. Jika pada keduanya anak memiliki masalah perilaku yang sama secara konsisten, sebaiknya Anda segera membawanya ke ahlinya.
Anak usia dini umumnya merasa tidak nyaman jika menerima adanya perubahan. Seringkali mereka menunjukkan ketidaknyamannya melalui sikap anak yang mengganggu. Anak overaktif belum tentu tergolong anak ADD/ADHD.
• Biasanya anak mengalami tingkatan perkembangan di usia yang berbeda-beda sehingga sulit mengukur adanya keterlambatan perkembangan.
• Kontroversi seputar ADD/ADHD dapat memberikan kontribusi pada orangtua untuk tidak mencari perawatan atau diagnosis lain untuk mendiagnosa anak usia dini.
Meski demikian diagnosa sudah bisa dilakukan saat anak berusia 2 tahun. Beberapa orangtua juga melakukan diagnosa setelah menemukan adanya kejanggalan saat anak masih bayi. Perlu diperhatikan meski anak tidak mengalami ADD/ADHD, namun seringkali ditemukan beberapa gejala ADD sebelum anak masuk sekolah.


Mita Zoelandari.February 25, 2010.Diagnosa ADHD Sedini Mungkin. http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelSpecialNeeds.php?artikelID=222.2010

Tips dalam menangani ADHD

Bagi para orang tua, guru, dan pemerhati ADHD, kami ingin berbagi tips dengan anda, semoga dengan tips yang singkat ini kita dapat meningkatkan kemampuan dalam menangani ADHD, adapun tipsnya antara lain:
1. Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD.
2. Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya.
3. Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal.
4. Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri.
5. Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol.
6. Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut.
7. Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah.
8. Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.
Perilaku ADHD dapat di-minimaze, tentunya hal ini memerlukan dukungan yang solid dari lingkungannya. Akan sangat baik sekali apabila seorang anak mendapatkan konsumsi ASI (Air Susu Ibu) yang mencukupi. Hal ini akan membangun daya tahan tubuh/imun bagi anak, sehingga diharapkan anak yang mengalami ADHD memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik dan mampu beraktivitas dengan lebih normal.
Bagi anda yang akan atau baru memasuki dunia ADHD, bergabunglah ke dalam organisasi pemerhati anak di wilayah anda. Salurkan semangat anda ke wadah yang tepat. Banyak manfaat yang bisa anda dapatkan. Selamat berjuang!!.

Arief Bharata Al Huda.9 Mei 2008. ADHD, apa itu?. http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html.2010

faktor-faktor terjadinya ADHD pada Anak

Ada beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang anak, adalah sebagai berikut:
1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat melahirkan.
3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.
6. Pengaruh psikis dari Ibu hamil, stres, konflik rumah tangga, tekanan sosial dan ekonomi.

Arief Bharata Al Huda.9 Mei 2008. ADHD, apa itu?. http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html.2010

ciri-cici Anak ADHD

Lebih mudahnya kita dapat melihat ciri-ciri yang mengkhaskan dari ADHD, antara lain:
1. Selalu bergerak, dan gerakan-gerakannya tidak beraturan, tidak terkontol serta tanpa sebab yang jelas.
2. Sering lupa terhadap segala hal, disebabkan kekurangmampuan untuk berkonsentrasi sehingga hal tersebut kurang pula diperhatikannya.
3. Sering bingung tanpa sebab yang kuat.
4. Kelabilan emosi, cenderung gelisah, resah, dan tidak tenang.
5. Kecenderungan mengganggu orang lain.
Ciri-ciri tersebut tidak dapat mewakili diagnosa untuk menentukan bahwa seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Penentuan diagnosa, harus dipastikan melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog/profesional di bidangnya.


Arief Bharata Al Huda.9 Mei 2008. ADHD, apa itu?. http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html.2010
Definisi ADHD

ADHD, istilah yang mungkin untuk sebagian kalangan masih awam. ADHD berawal dari hasil penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian yang disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, di Indonesia diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.


Arief Bharata Al Huda.9 Mei 2008. ADHD, apa itu?. http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html.2010
Perawatan
Pemilihan terapi harus berdasarkan pemeriksaan tidur dan pemeriksaan THT yang seksama. Kebanyakan sleep apnea pada anak disebabkan oleh pembesaran adenoid dan tonsil sehingga terapi lebih diarahkan pada kedua organ tersebut. Namun ada juga kemungkinan harus menggunakan CPAP (continuous possitive airway pressure.)

http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1970054835
ADHD dan Tidur
Anak yang memang terdiagnosa ADHD pun harus tetap diperhatikan tidurnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak ADHD menunjukkan kemajuan yang berarti setelah dirawat gangguan tidurnya. Sebuah artikel di jurnal kedokteran SLEEP bahkan mengatakan bahwa anak ADHD merespon terapi stimulan dengan baik karena mereka mengalami kantuk berlebih (excessive daytime sleepiness.) Penelitian ini juga menyatakan bahwa 50% dari anak ADHD menderita sleep apnea, sedangkan pada anak normal hanya 22% yang menderita. Gangguan tidur lain yang juga sering ditemui pada anak ADHD adalah periodic limb movements in sleep (PLMS).
Penelitian lain yang dilakukan di Taiwan tahun 2004 menganjurkan agar seorang anak yang didiagnosa dengan ADHD juga diperhatikan tidurnya. Karena mereka menemukan bahwa penderita ADHD yang juga menderita sleep apnea memiliki kondisi yang lebih buruk dibanding anak ADHD tanpa gangguan tidur. Lebih jauh lagi, di tahun 2007 kelompok yang sama, menerbitkan penelitian mereka yang menunjukkan hubungan sleep apnea dengan terapi ADHD. Pada penelitian tersebut, mereka membuktikan bahwa anak ADHD penderita sleep apnea, bisa menghindari efek samping pengobatan ADHD jika sleep apnea-nya dirawat.
Untuk anak penderita ADHD pengobatan yang paling sering diberikan adalah golongan stimulan. Namun jadwal pengobatan yang kurang tepat malah dapat menyebabkan anak sulit tidur sehingga gejala ADHD semakin menjadi parah. Untuk itu, sesuaikanlah pemberian obat dengan jadwal tidur anak.


http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1970054835
Tidur pada Anak
Proses tidur amatlah penting bagi seorang anak. Karena proses tumbuh kembang justru terjadi pada saat tidur. Pada tahap tidur dalam, dikeluarkan growth hormone yang berperan dalam proses pertumbuhan. Sedangkan pada tahap tidur mimpi, dipercaya sebagai tahap tidur dimana kemampuan kognitif, mental dan emosional dijaga.
Dengan adanya sleep apnea, proses tidur akan terpotong-potong. Akibatnya proses tumbuh kembang pun terganggu. Kecerdasan dan potensi-potensi mental lain yang seharusnya tumbuh dan berkembang saat tidur, tidak tumbuh. Kondisi emosionalnya pun buruk, anak jadi rewel dan mudah marah. Karena mengantuk, anak juga semakin aktif dan sulit memusatkan perhatian.


http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1970054835

Anak Hiperaktif Belum Tentu ADHD

ADHD (attention-deficit/hyperac tivity disorder) adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak yang ditandai dengan hiperaktifitas, impulsivitas dan kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi. Meskipun Maya tidak dikategorikan sebagai ADHD, si Ibu tidak bisa mengabaikan keadaan anaknya yang amat aktif, tak bisa diam dan mudah rewel tersebut. Dan ia amat terkejut sewaktu dokter menjelaskan bahwa kondisi hiperaktifitas anaknya tersebut mungkin sekali berkaitan dengan tidur ngorok Maya.
Sleep Apnea Pada Anak
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur dan rasa kantuk berlebih. Sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, pada orang dewasa menjadi penyebab hipertensi berbagai penyakit jantung, diabetes hingga stroke. Pada anak, sleep apnea, menjadi lebih serius karena ternyata berhubungan langsung dengan proses tumbuh kembangnya.
Coba perhatikan anak yang sedang tidur ngorok. Pada suatu saat suara ngorok tersebut akan hilang, dan anak tampak sesak seolah tercekik. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan udara tidak dapat masuk atau keluar. Gerakan nafas akan menghebat karena sesak. Akibat oksigen yang merosot dan kadar karbondioksida yang meroket, si anak akan terbangun disertai suara hentakan keras seolah nafas baru terbebas. Episode bangun ini disebut sebagai episode bangun mikro (micro arousal) karena walau gelombang otak terbangun, namun si anak tidak terjaga. Dan episode ini terus berulang sepanjang malam hingga mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, ia akan terus berada dalam kondisi kurang tidur, walaupun sebenarnya sudah tidur cukup. Anak, untuk melawan rasa kantuknya justru jadi semakin aktif secara fisik.
Sekarang bayangkan jika anak Anda yang normal, dalam tidurnya setiap 20-30 detik sekali ditepuk hingga terbangun. Apa yang terjadi? Tentu di siang hari dia akan rewel, sulit berkonsentrasi dan cenderung hiperaktif. Bagaimana jika setiap tidur ini terjadi? Tak heran jika banyak anak penderita sleep apnea yang tampilannya jadi mirip dengan ADHD.
Belakangan, wacana sleep apnea banyak dibicarakan. Para dokter anak pun sudah amat peka terhadap masalah ini. Hanya sayang, kita masih terlalu terpaku pada artikel-artikel yang menyatakan bahwa anak gemuklah yang biasanya ngorok. Padahal ini tidak sepenuhnya benar. Seperti Maya halnya. Dia termasuk anak yang tidak gemuk. Malah cenderung langsing. Berdasarkan berbagai penelitian di Korea, ras Asia tidak perlu gemuk untuk menderita sleep apnea. Ini disebabkan oleh struktur rahang kita yang lebih sempit dan leher yang lebih pendek dibanding ras Eropa.


http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1970054835

TERAPI “BACK IN CONTROL (BIC)”

Program terapi “Back in Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program terapi ini unik karena dikatakan lebih baik daripada intervensi reward/punishment bagi anak-anak dengan ADHD. Program ini berbasis kepada sistem yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan anak untuk patuh. Jadi, program ini lebih kepada sistem training bagi orang tua yang kemudian diharapkan dapat menciptakan sistem tata aturan yang berlaku dirumah sehingga


Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial
http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-%E2%80%9Cback-in-control-bic%E2%80%9D-pada-anak-adhd-attention-deficits-hiperactivity-disorder/

Menurut DSM-IV definisi ADHD

Menurut DSM-IV definisi ADHD sendiri adalah sebagai berikut:
A. (1) atau (2)
(1) memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan;
(2) memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun.
C. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan)
D. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).
Gejala-gejala yang muncul sebagai bentuk kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas terkadang berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak karena anak yang menunjukkan gejala-gejala tersebut biasanya akan terlihat selalu gelisah, sulit duduk dan bermain dengan tenang, kesulitan terlibat dalam kegiatan yang mengharuskan antri, menjawab pertanyaan sebelum selesai ditanyakan, kesulitan mengikuti instruksi detail, kesulitan memelihara perhatian dalam waktu panjang ketika mengerjakan tugas, dan sering salah meletakkan barang.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa gejala-gejala pada anak ADHD muncul karena mereka tidak dapat menghambat respon-respon impulsif motorik terhadap input-input yang diterima, bukan ketidakmampuan otak dalam menyaring input sensoris seperti cahaya dan suara (Barkley, 1998).
Walaupun banyak penelitian sudah dilakukan namun sampai saat ini para ahli belum yakin apa penyebab ADHD, namun mereka curiga bahwa sebabnya berkait dengan aspek genetik atau biologis, walaupun mereka juga percaya bahwa lingkungan tumbuh anak juga menentukan perilaku spesifik yang terbentuk. Beberapa faktor yang banyak diduga memicu munculnya gejala ADHD adalah: kelahiran prematur, penggunaan alkohol dan tembakau pada ibu hamil, dan kerusakan otak selama kehamilan. Beberapa faktor lain seperti zat aditif pada makanan, gula, ragi, atau metode pengasuhan anak yang kering juga diduga mendukung munculnya gejala ADHD walaupun belum didukung fakta yang meyakinkan.
TRITMEN BAGI ANAK ADHD
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun telah tersedia beberapa pilihan tritmen yang telah terbukti efektif untuk menangani anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi penanganan tersebut melibatkan aspek farmasi, perilaku, dan metode multimodal.
Metode perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru, psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak (penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT (monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dan lain-lain) (AAP, 2001).
Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH, 2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya terhadap subjek tertentu.
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Penelitian yang dilakukan NIMH terhadap 579 anak ADHD menunjukkan bahwa kombinasi terapi obat dan perilaku lebih efektif dibandingkan jika digunakan sendiri-sendiri. Tritmen multimodal khususnya efektif untuk meningkatkan ketrampilan sosial pada anak-anak ADHD yang diikuti gejala kecemasan atau depresi. Ternyata dosis obat yang digunakan lebih rendah jika diikuti dengan terapi perilaku daripada jika diberikan tanpa terapi perilaku.


Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial
http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-%E2%80%9Cback-in-control-bic%E2%80%9D-pada-anak-adhd-attention-deficits-hiperactivity-disorder/

PENERAPAN TERAPI “BACK IN CONTROL (BIC)” PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)

DEFINISI, PENYEBAB, DAN KARAKTERISTIK PERILAKU ANAK ADHD
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley, 1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas.
Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain.
b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c. Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain
d. Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas
e. Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
f. Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya: tugas sekolah
g. Sering kehilangan barang miliknya, misal: mainan, pensil, buku, dll
h. Mudah terganggu stimulus dari luar
i. Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari
Sedangkan hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana seharusnya duduk tenang
c. berlari berlebihan atau memanjat-manjat yang tidak tepat situasi (pada remaja atau dewasa terbatas pada perasaan tidak dapat tenang/gelisah)
d. kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e. seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
f. berbicara terlalu banyak
g. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan. (Impulsivitas)
h. kesulitan menunggu giliran (Impulsivitas)
i. menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Impulsivitas)
Terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh agresivitas dalam bentuk:
a. sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain
b. sering memulai perkelahian
c. menggunakan senjata tajam yang dapat melukai orang lain
d. berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain
e. menyiksa binatang
f. menyanggah jika dikonfrontasi dengan korbannya
g. memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual

klinis.August 30, 2007.Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial.http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-%E2%80%9Cback-in-control-bic%E2%80%9D-pada-anak-adhd-attention-deficits-hiperactivity-disorder/.2010

Treatment

TREATMENT

Studi yang begitu lama membuktikan bahwa kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi (behavioral therapy) dan manajemen medikasi yang tepat, terapi yang intensif dan komunitas treatment yang rutin telah menolong anak-anak dengan gangguan ADHD menjadi lebih baik. Menurunnya intensitas kecemasan, membaiknya penampilan di sekolah, meningkatnya kualitas hubungan antara orangtua-anak, meningkatkan kemampuan sosial merupakan keuntungan pemberian treatment secara dini, tentunya dengan medikasi yang rendah dosis.

Kadang beberapa anak menunjukkan efek buruk dari medikasi, oleh karenanya perlunya pengawasan ketat dalam pemberian obat-obatan, apalgi bila anak tersebut disertai dengan gangguan kecemasan dan depresi. Haruslah berhati-hati dalam memberi obat-obatan medis

a) Medikasi
Jenis obat simultan berguna menurunkan gejala hiperaktif dan kompulsif, beberapa anak juga dilaporkan meningkatnya konsentrasi, pekerjaan dan belajar. Selain itu obat jenis simultan juga meningkatkan koordinasi tubuh sehingga anak tidak menemui kesulitan dalam melakukan pekerjaan tangan atau berolahraga.

Jenis simultan dianggap paling baik, dalam dosis yang rendah tidak akan membuat anak seperti “fly”. Selama pemberian obat dalam dosis rendah dan terkontrol jenis simultan ini dianggap tidak menimbulkan adiktif. Dalam treatmen juga diusahakan manajemen pemberian obat-obatan, misalnya seminggu sekali atau pada waktu siang hari.

Artikel Psikologi | 03/2009 | Pikirdong | Psikologi
SIMTOM

Gejala diagnosa bila 6 gejala atau lebih menetap minimal selama 6 bulan atau lebih yang berpengaruh pada tingkat perkembangan mental;

1) Gejala gangguan tipe atensi
a) Sulit berkonsentrasi, mengorganisir tugas, atau mempersiapkan peralatan untuk tugas
b) Mudah terpengaruh atau kehilangan konsentrasi bila ada faktor gangguan atau suara
c) Tidak mampu berkonsentrasi pada hal-hal detil atau mengikuti instruksi
d) Sering membuat kesalahan pada tugas disekolah atau aktivitas tertentu
e) Gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas penting di sekolah
f) Mudah lupa
g) Seperti tidak menyimak pembicaraan, terlihat lesu atau kurang bergairah dan sering melamun

2) Gejala gangguan tipe hiperaktif-kompulsif
a) Selalu terlihat aktif, ingin melakukan sesuatu
b) Gelisah, selalu melipat tangan atau kakinya ketika duduk
c) Tidak bisa diam, selalu ingin bergerak
d) Pada anak relatif kecil suka berlari, melompat dan memanjat secara konstan
e) Berbicara setiap waktu
f) Langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
g) Tidak sabar dalam menunggu giliran
h) Suka menyeletuk pembicaraan orang lain

3) Tipe kombinasi antara gangguan atensi dan hiperaktif-kompulsif


Setiap anak yang diduga mengidap gangguan ADHD haruslah hati-hati dalam kesimpulan diagnosa, karena simtom yang ada bisa saja menyerupai seperti gangguan ADHD akan tetapi sebenarnya anak tersebut bisa saja dalam kondisi medis tertentu, atau dalam situasi stress yang dapat mempengaruhi perilakunya menyerupai gangguan ADHD. Oleh sebab itu kondisi tersebut haruslah didiagnosa oleh tenaga profesional yang sudah berpengalaman dibidangnya.

Dalam melakukan diagnosa, tenaga profesional (bahkan terlibat beberapa bidang ahli di dalamnya seperti; psikiater, psikolog, dokter anak, neurologis, tenaga sosial) akan melakukan assessment secara klinis dengan melihat akademik dan situasi sosial anak, fungsi emosi dan kemampuan dalam perkembangan.

Artikel Psikologi | 03/2009 | Pikirdong | Psikologi
ADHD Anak
Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak anak masa pra sekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh benda-benda disekitarnya. Bila orangtua menangkap gejala tersebut seharusnya segeralah membawa anaknya ke dokter anak atau psikolog. Penangan secara dini akan memberikan kontribusi perilaku yang lebih baik ketika anak memasuki tahap perkembangan selanjutnya.

Gangguan hiperaktif-kompulsif mungkin secara langsung bisa terlihat pada perilaku anak, namun tidak pada tipe gangguan atensi, anak terlihat dapat bekerjasama dengan orang sekitarnya, sehingga tipe ini kadang terabaikan secara kasat mata.

Untuk mendiagnosa secara tepat, tenaga profesional biasanya akan mengumpulkan data-data secara lengkap untuk memutuskan diagnosis apakah anak tersebut mengidap gangguan ADHD atau tidak, data tersebut berupa;
- latar belakang keluarga anak
- Kemungkinan gangguan pendengaran
- Ketidakmampuan belajar
- Kecemasan dan depresi
- Pengaruh obat-obatan sebelumnya yang memungkinkan terjadinya gangguan otak
- Kondisi fisik seperti kondisi lobus frontal
- Test psikologi (adaptasi sosial, kesehatan mental, test intelligensi, dan test prestasi)
- Situasi-situasi pencetus stress pada anak

Beberapa test lainnya dapat diberikan oleh terapis berupa tes kemampuan membaca, pemecahan matematika, atau beberapa papan permainan. Tenaga profesional kadang juga perlu melakukan obervasi secara langsung dalam kehidupan sang anak. Bila ditemukan adanya gangguan ADHD secara pasti, tenaga ahli akan membicarakan masalah ini kepada gurunya di sekolah, guru juga akan dilibatkan dalam mendiagnosa gangguan tersebut, biasanya guru akan diberikan sebuah form evaluasi (behavior rating scales) perilaku anak untuk diisi oleh guru yang bersangkutan.


Artikel Psikologi | 03/2009 | Pikirdong | Psikologi

ADHD Anak

Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak anak masa pra sekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh benda-benda disekitarnya. Bila orangtua menangkap gejala tersebut seharusnya segeralah membawa anaknya ke dokter anak atau psikolog. Penangan secara dini akan memberikan kontribusi perilaku yang lebih baik ketika anak memasuki tahap perkembangan selanjutnya.

Gangguan hiperaktif-kompulsif mungkin secara langsung bisa terlihat pada perilaku anak, namun tidak pada tipe gangguan atensi, anak terlihat dapat bekerjasama dengan orang sekitarnya, sehingga tipe ini kadang terabaikan secara kasat mata.

Untuk mendiagnosa secara tepat, tenaga profesional biasanya akan mengumpulkan data-data secara lengkap untuk memutuskan diagnosis apakah anak tersebut mengidap gangguan ADHD atau tidak, data tersebut berupa;
- latar belakang keluarga anak
- Kemungkinan gangguan pendengaran
- Ketidakmampuan belajar
- Kecemasan dan depresi
- Pengaruh obat-obatan sebelumnya yang memungkinkan terjadinya gangguan otak
- Kondisi fisik seperti kondisi lobus frontal
- Test psikologi (adaptasi sosial, kesehatan mental, test intelligensi, dan test prestasi)
- Situasi-situasi pencetus stress pada anak

Beberapa test lainnya dapat diberikan oleh terapis berupa tes kemampuan membaca, pemecahan matematika, atau beberapa papan permainan. Tenaga profesional kadang juga perlu melakukan obervasi secara langsung dalam kehidupan sang anak. Bila ditemukan adanya gangguan ADHD secara pasti, tenaga ahli akan membicarakan masalah ini kepada gurunya di sekolah, guru juga akan dilibatkan dalam mendiagnosa gangguan tersebut, biasanya guru akan diberikan sebuah form evaluasi (behavior rating scales) perilaku anak untuk diisi oleh guru yang bersangkutan.