Senin, 26 April 2010

penelitian (Aarts 1988; Guralnick 1989; Klein 1992)

Penelitian yang dijelaskan di atas juga diringkas dalam buku Tidlig hjelp til bedre samspill (Early intervention for improved interplay, Rye 1993).

Dalam interaksi antara pengasuh dan anak, beberapa aspek penting kebutuhan psikologis anak harus disorot, seperti perkembangan pemahaman diri anak dan pengalaman menjadi seseorang dalam hubungannya yang erat dengan pengasuh.

Kebutuhan interaksi ini dapat diekspresikan melalui pengalaman berikut ini:

* Dilihat/didengar/diperhatikan
* Dipertemukan/merasakan kedekatan
* Dimengerti
* Diterima
* Diakui
* Disayangi

Kemajuan melalui poin-poin ini meningkatkan keterlibatan dan kompleksitas proses interaksi. Pengalaman antar pribadi ini merupakan dasar hubungan yang kokoh dengan pengasuh yang dekat, dan terus menjadi kebutuhan penting dalam hubungan antar diri anak selama hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendukung kemampuan pengasuh dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia pada anak merupakan dasar pemikiran bagi kebanyakan program untuk meningkatkan interaksi antara pengasuh dan anak.

Program ICDP [International Child Development Programmes] untuk Intervensi Dini dan Pencegahan
Untuk meningkatkan interaksi antara pengasuh dan anak, Yayasan Norwegia “Program Perkembangan Anak Internasional” [ICDP] telah mengembangkan sebuah program yang mengintegrasikan kualitas interaksi dari program Marte Meo dan MISC. Program ICDP bagi intervensi dini termasuk dalam program bimbingan orang tua di Norwegia, yang terdapat di semua kota (Hundeide 1996; Rye 1996). Sejumlah daerah di Norwegia kini melatih orang-orang untuk menggunakan program intervensi ini.

Program ICDP didasarkan pada pemikiran bahwa bila masalah muncul dalam hubungan antara pengasuh dan anak, masalah yang tampaknya berjangka panjang dan sudah berakar, intervensi dapat dimulai dengan memfokuskan pada pengasuh, terutama dalam tiga cara berikut ini:

* Bagaimana pengasuh merasakan dan memahami anak
* Bagaimana pengasuh merasakan kemampuan dirinya sendiri sebagai pengasuh
* Seberapa penting pengasuh memahami interaksinya dengan anak.

Khususnya bila pola interaksi yang negatif dibiarkan berkembang untuk waktu lama, pengasuh akan membentuk persepsi mengenai anak dan dirinya sendiri yang dapat menghambat perubahan pola ini. Pengalaman dan persepsi negatif mudah menciptakan ekspektasi dan sikap defensif yang mengakibatkan pola interaksi yang mempertahankan dan memperkuat kenegatifan. Misalnya jika pengasuh menganggap anak sebagai nakal, jahat atau abnormal, dia akan bereaksi defensif dengan menolak si anak, mempunyai ekspektasi negatif atau pesimistik dan, yang paling buruk, menyerah dan menarik diri dari tugasnya. Kemudian pengasuh akan merasa bersalah, tidak mampu, tidak sayang – pendek kata, merasa seperti orang tua yang buruk dan gagal. Akibatnya ini dapat membuat pengasuh menghindari interaksi dengan anak sehingga pengasuh hanya berinteraksi seperlunya saja untuk layanan praktis bagi kelangsungan hidup anak. Dia mungkin tidak sadar betapa pentingnya interaksi dengan seorang pengasuh bagi perkembangan seorang anak.

Agar intervensi berhasil dalam membangun pola interaksi yang lebih positif, persepsi dan perasaan negatif ini harus diperhatikan selama proses berlangsung. Perhatian terhadap masalah ini membantu membangun kepercayaan dan menjalin kontak dalam fase pengenalan intervensi. Orang yang memfasilitasi intervensi harus siap menerima rasa frustrasi, kemarahan, kekecewaan, rasa bersalah dan seterusnya yang sering ada sebagai hambatan untuk membangun hubungan yang lebih positif dengan anak.

Program ICDP mengidentifikasi sejumlah aspek atau kualitas yang tercakup di dalam interaksi. Kualitas-kualitas tersebut dikelompokkan ke dalam delapan prinsip bimbingan yang dirancang untuk mendorong observasi diri, pengenalan, eksplorasi dan perkembangan lebih lanjut. Prinsip-prinsip bimbingan ini tidak dimaksudkan sebagai resep yang manjur juga tidak dimaksudkan sebagai instruksi langkah demi langkah. Di bawah ini, prinsip-prinsip bimbingan tersebut dirumuskan dengan mempertimbangkan anak dan pengasuh.

Delapan Prinsip Bimbingan untuk Interaksi Positif

1. Tunjukkan perasaan positif – tunjukkan bahwa anda menyayangi anak anda.
Bahkan jika anak anda belum mengerti pembicaraan anda dengan baik, namun dia dapat memahami ekspresi emosional rasa sayang, penolakan, kebahagiaan dan kesedihan. Penting bagi rasa aman anak bahwa dia dapat mengakses perasaan anda, bahwa anda menunjukkan kasih sayang, memegangnya dengan perasaan kasih, membelainya, dan menunjukkan rasa senang dan antusiasme.

2. Beradaptasilah dengan anak anda dan ikutilah keinginannya.
Dalam berinteraksi dengan anak, penting sekali bahwa anda memahami keinginan dan tindakan anak, memahami keadaannya, perasaannya dan bahasa tubuhnya, dan bahwa sejauh tertentu anda berusaha mengikuti isyarat-isyaratnya dan mengarahkan fokus perhatian anda ke hal-hal yang menarik baginya.

3. Berbicaralah dengan anak anda mengenai hal-hal yang menarik baginya dan coba untuk mengawali sebuah “dialog perasaan”.
Bahkan sejak anak baru lahir anda dapat mulai melakukan dialog perasaan melalui kontak mata, senyum dan saling bertukar isyarat dan ekspresi rasa senang di mana pengasuh membuat komentar positif mengenai apa yang dilakukan anak atau yang diminati anak dan di mana anak “menjawab” dengan suara senang. Dialog perasaan dini ini penting bagi ikatan kasih sayang anak di masa datang dan bagi perkembangan bahasa dan sosialnya.

4. Berikanlah pujian dan pengakuan bagi hal-hal yang berhasil dilakukan oleh anak.
Agar anak mengembangkan inisiatif dan rasa percaya diri yang normal, penting bagi kita untuk membuatnya merasa berguna dan mampu, dan bahwa kita menjelaskan kepadanya mengapa hal yang dilakukannya itu baik. Ini akan membantunya mengembangkan rasa percaya diri yang didasarkan atas prestasi yang sesungguhnya.

5. Bantu anak memfokuskan perhatiannya agar anda dapat berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.
Bayi dan anak kecil sering memerlukan bantuan memfokuskan perhatiannya. Anda dapat membantunya dalam hal ini dengan menarik dan mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang ada di sekitarnya.

6. Berikan makna pada pengalaman anak dengan lingkungannya dengan menjelaskannya pada saat anda berbagi pengalaman dan dengan menunjukkan perasaan dan antusiasme anda.
Dengan menggambarkan, memberikan nama, dan menunjukkan perasaan terhadap apa yang anda alami bersama, pengalaman itu akan tampak lebih jelas” dan anak akan mengingatnya sebagai sesuatu yang penting dan berarti.

7. Jelaskan kejadian yang anda alami bersama.
Anak membutuhkan bantuan mengembangkan pemahamannya tentang dunia sekitarnya. Anda dapat membantunya dalam hal ini, misalnya dengan membandingkan kejadian yang dialami bersama itu dengan sesuatu yang telah dialami anak sebelumnya, dengan bercerita, dengan bertanya, dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan, dengan menghitung dan lain-lain.

8. Bantu anak anda belajar disiplin diri dengan memberikan batasan-batasan secara positif – melalui bimbingan, menunjukkan alternatif yang positif, dan membuat perencanaan bersama.
Anak perlu bantuan untuk belajar disiplin diri dan cara membuat rencana. Ini dilakukan terutama melalui interaksi dengan pengasuh yang secara positif membimbing anak, menentukan aturan, membantu merencanakan secara bertahap, dan bila anak tumbuh besar, jelaskan mengapa hal-hal tertentu dilarang. Daripada selalu membuat larangan dan bilang “tidak” kepada anak, penting untuk mengarahkan anak dengan cara yang positif dan tunjukkan hal-hal yang boleh mereka lakukan.

Beberapa masukan untuk prinsip-prinsip bimbingan ini diambil dari psikologi perkembangan:

1. Tunjukkan perasaan positif– tunjukkan bahwa anda menyayangi anak anda.
Rekomendasi ini terkait langsung dengan peningkatan ikatan emosional dengan meningkatkan kesadaran pengasuh terhadap kebutuhan anak akan kasih sayang dan mendorong pengasuh untuk mengekspresikan perasaan kasih sayangnya secara alami. Merasakan kontak emosional yang dekat sering dimulai dengan kontak mata yang merupakan titik awal bagi perhatian dan interaksi bersama.

2. Beradaptasi dengan anak anda dan ikuti keinginannya.
Secara alami, anak berinisiatif berdasarkan perhatian dan minatnya. Oleh karena itu, mengawali interaksi dengan sesuatu yang diminati anak dan yang dapat dialami oleh anak melalui pengarahannya, pengalaman dan pembelajarannya sendiri merupakan langkah awal yang baik. Kontak mata dan inisiatif anak merupakan langkah awal yang penting bagi interaksi.

3. Bicara dengan anak anda mengenai hal-hal yang menarik baginya dan coba untuk mengawali sebuah “dialog perasaan”.
Dengan menciptakan “dialog perasaan” di mana suara dan kata-kata merupakan bagian dari komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non-verbal menjadi terkait dengan interaksi. Suara dan kata diasosiasikan dengan kesan indera lain dan merupakan sebuah sumber belajar yang penting, yang bila dibarengi dengan eksperimentasi aktif dengan suara, membentuk dasar bagi fungsi bahasa verbal. Bila pemberian nama dan penjelasan oleh pengasuh menjadi bagian dari aspek interaksi yang bermakna, maka perhatian anak akan meningkat dan lebih terfokus pada pengalamannya. Bila seorang dewasa memberi label dan menjelaskan tentang obyek interaksinya, maka perhatiannya menjadi lebih terfokus pada masalah interaksi tersebut. Setiap giliran dalam dialog merupakan hubungan saling memberi dan menerima, dengan kesempatan untuk memulai, menanggapi atau mengakhiri rangkaian dalam komunikasi. Komunikasi seperti ini membantu mengembangkan kemampuan untuk berbagi pengalaman, pengertian, keinginan dan kebutuhan, serta menjadi pengarah komunikasi yang aktif antara dua orang ataupun dalam kelompok.

4. Berikan pujian dan pengakuan bagi hal-hal yang dicapai anak.
Anak memerlukan reaksi dan bimbingan orang tuanya sebagai kerangka acuan bagi perilakunya dan untuk mendapatkan jaminan tentang penerimaan dan kasih sayang orang tuanya. Pujian dan penerimaan dikomunikasikan dengan sangat bervariasi tergantung individu, kebiasaan sosial dan budaya, dan juga tergantung pada usia dan perkembangan anak. Ekspresi penerimaan dan pujian memberikan dasar penting bagi perkembangan rasa percaya diri, kemampuan dan penyesuaian sosial anak. Dengan sejumlah besar variasi budaya, pelaksanaan penerimaan dan pengakuan biasanya diintegrasikan sebagai aspek penting dari interaksi dan pengasuhan anak, tetapi ini akan menghilang jika konflik dan ketegangan muncul. Ekspresi penerimaan dan penghargaan yang tulus terkait dengan hubungan emosional positif dan merupakan alasan mendasar bagi sosialisasi anak. Lebih jauh, saling memberi respon positif tidak hanya penting bagi anak tetapi juga bagi orang dewasa – yang perlu merasa dimengerti, diterima dan diakui hubungannya dengan anak. Tanpa pengalaman kebersamaan yang positif seperti ini, komunikasi dan perkembangan interaksi positif dapat terhenti dengan mudah. Menunjukkan penerimaan dan penghargaan merupakan prasyarat untuk pengembangan rasa percaya diri, inisiatif dan keterampilan praktis dan sosial.

5. Bantu anak memfokuskan perhatiannya sehingga anda dapat berbagi pengalaman mengenai hal-hal di lingkungan sekitar.
Mutualitas dalam kontak dan komunikasi serta berbagi perhatian merupakan prasyarat bagi terjalinnya komunikasi. Bila pengasuh berusaha untuk memfokuskan perhatian anak pada sesuatu, biasanya ini berimplikasi bahwa pengasuh bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, pada hal yang harus diperhatikan oleh anak. Bahwa perhatian anak diarahkan pada pengalaman tertentu, ini berarti bahwa, antara lain, anak akan lebih siap dan mau menerima hal-hal yang ingin dikomunikasikan oleh pengasuh. Seringkali pengarahan perhatian anak dikombinasikan dengan tindakan pengasuh untuk memilih dan mengatur hal-hal yang akan dialami oleh anak sehingga anak akan dapat menyerap pengalaman tersebut secara optimal. Di samping itu, pengasuh sering membantu anak untuk berinisiatif dan memberikan respon sehingga, semaksimal mungkin, mereka menjadi bagian dari sebuah pengalaman bersama yang bermakna.

6. Berikan makna pada pengalaman anak dengan lingkungannya dengan menjelaskannya pada saat anda berbagi pengalaman dan dengan menunjukkan perasaan dan antusiasme anda.
Ungkapan perasaan merupakan hal penting bagi pengalaman baik dan buruk kita. Mengalami atau menyelami perasaan – baik kita sendiri maupun perasaan orang lain – membuat pengalaman kita tampak lebih jelas dan dengan makna yang lebih luas. Kita ingat orang, benda-benda, simbol-simbol dan situasi-situasi dalam konteks arti yang khas bagi kita secara pribadi. Tentu saja pengkomunikasian arti itu tidak hanya dilakukan melalui pengungkapan perasaan, tetapi justru sebagian besar melalui apa yang kita ekspresikan secara verbal dengan menyebutkan namanya, membicarakannya dan menjelaskan apa yang kita alami. Komunikasi disampaikan dalam berbagai cara, sangat dipengaruhi oleh gaya pribadi, situasi serta latar belakang sosial dan budaya. Penyampaian komunikasi bervariasi mulai dari mimikri, gerak isyarat dan postur hingga ekspresi verbal, yang kesemuanya dikombinasikan untuk mengekspresikan rasa senang dan antusiasme atau kesedihan, marah, jijik, dan kekhawatiran. Dengan demikian, bentuk-bentuk ekspresi itu digabungkan, dibentuk oleh faktor-faktor individual dan budaya untuk menciptakan bentuk ekspresi yang unik, yang mengkomunikasikan isi makna dan cara pengungkapannya. Oleh karena itu, tidak hanya pengalaman dan ungkapan pribadi pengasuh saja yang dikomunikasikan kepada anak, tetapi juga hal-hal yang dipandangnya penting dan mengapa penting. Di samping pengertian orang dewasa dan reaksinya terhadap pengalamannya, proses ini juga mengkomunikasikan tradisi dan nilai-nilai budaya.

7. Jelaskan kejadian yang anda alami bersama.
Sebuah tugas penting pengasuh adalah mengkomunikasikan pengetahuan mengenai dunia tempat anak tumbuh dengan cara yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, wawasan dan kemampuan anak. Bagaimana cara membantu anak menemukan cara dunia bekerja dan apa yang dapat dilakukannya terhadap lingkungannya tidak semuanya diketahui dengan pasti oleh semua pengasuh. Sebagian percaya bahwa anak kecil kurang mampu memahami – betapa pun mereka menjelaskannya – sehingga mereka beranggapan bahwa memberi penjelasan itu tidak penting bagi kelangsungan hidup anak. Akan tetapi, mengasuh dan membesarkan anak itu tidak hanya demi kelangsungan hidup; tetapi juga demi memperkenalkan anak kepada dunia sekitarnya, dan secara bertahap membantunya mengembangkan dan menguasai wawasan. Pengembangan asosiasi, konsep dan wawasan tentang berbagai hubungan pada level fisik dan sosial emosional tidak terjadi secara spontan. Pengembangan makna dan pembentukan kompetensi terjadi terutama dengan cara pengasuh menunjukkan, menjelaskan, dan membimbing anak dalam aktivitasnya dan pengalamannya dengan dunia sekitarnya. Kehidupan sehari-hari memberikan banyak contoh situasi keteraturan, seperti waktu makan yang teratur, yang cocok untuk ini. Dengan tidak hanya mengajarkan anak cara makan tetapi juga menjelaskan dari mana asal makanan, membahas berbagai kualitasnya, seperti rasa dan warnanya, dan mengaitkan pengalaman saat ini dengan pengalaman pada waktu-waktu lain dan di tempat lain bersama orang lain, akan membantu anak membentuk asosiasi dan mengembangkan konsep baru yang merupakan “bahan mentah” untuk perkembangan kognitifnya. Terdapat berbagai cara untuk melakukannya, tergantung pada dasar pikiran, situasi dan budaya. Misalnya negara-negara barat sering memfokuskan pada penjelasan logis sedangkan budaya tradisional Afrika menggunakan kiasan, lagu dan cerita rakyat sebagai media pemberian wawasan. Cara mengkomunikasikan wawasan dan penguasaan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan minat dan motivasi untuk belajar.

8. Bantu anak anda belajar disiplin diri dengan memberikan batasan-batasan secara positif – melalui bimbingan, menunjukkan alternatif yang positif, dan membuat perencanaan bersama.
Anak-anak biasanya diperkenalkan pada sejumlah rutinitas sehari-hari sejak lahir. Cara pengasuh dan anak berinteraksi serta apa yang mereka lakukan, menyebabkan anak mengembangkan ekspektasi mengenai apa yang akan terjadi dan bagaimana terjadinya. Rutinitas sehari-hari memberikan kesadaran dan pemahaman tentang apa yang akan terjadi pada diri anak dan membuatnya beradaptasi dengan ekspektasinya. Ekspektasi yang didasarkan atas pengalaman, kemampuan yang tumbuh untuk memahami hubungan sebab akibat dan kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, merupakan dasar yang penting untuk dapat memprediksi dan merencanakan. Interaksi sehari-hari antara pengasuh dan anak cocok untuk membimbing anak dalam aktivitas sehari-harinya, membantu anak mengembangkan bermacam-macam strategi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, memahami keterbatasannya, mengarahkan anak agar memahami hal-hal yang diperbolehkan dan membuat batasan yang jelas dan konsisten tentang hal-hal yang tidak diperkenankan. Ini merupakan aspek-aspek penting dari pengasuhan anak dan merupakan dasar penting agar dapat terlibat dalam aktivitas yang ditargetkan dan mampu memecahkan masalah, serta merupakan dasar untuk penyesuaian sosial dan budaya, sekolah dan kehidupan masa dewasa.

Transformasi dan perkembangan individual
Sebagaimana dikemukakan di atas, orang tua dan para pengasuh lainnya didorong untuk mengeksplorasi dan mencari caranya sendiri untuk berinteraksi dan cara untuk mengembangkanya lebih lanjut.

Illustrasi: MODEL pengembangan interaksi bagi pengasuh

Level teoretis:

* Filosofi,
* teori,
* wawasan











Level Prisinp:

Prinsip-prinsip dasar interaksi dalam situasi sehari-hari






Level individu:

Pengenalan, eksplorasi, pengembangan interaksi individu lebih lanjut. Proses peningkatan kemampuan berasosialisasi

Dalam kaitannya dengan usia dan perkembangan anak serta kemampuan pengasuh untuk beradaptasi, terjadilah apa yang dapat disebut “transformasi” cara isi dari prinsip-prinsip ini, yang dimanifestasikan dalam interaksi. Walaupun kita dapat mengatakan bahwa prinsip-prinsip dalam program ICDP itu bersifat universal, dalam pengertian bahwa prinsip-prinsip tersebut dapat ditemukan dalam berbagai konteks sosial dan budaya, tetapi terutama maksud, isi dan maknanya tampak jelas. Situasi spesifik serta konteks sosial dan budaya senantiasa berubah. Bila tema digunakan sebagai titik awal untuk meningkatkan kualitas interaksi pada berbagai kebudayaan, kita perlu menerjemahkan tidak hanya bahasanya, tetapi juga makna budaya dari prinsip-prinsip tersebut.

Namun, perlu diingat bahwa cara mengungkapkan isi prinsip-prinsip ini juga tergantung pada pengalaman dan kepribadian pengasuh sendiri, usia dan perkembangan anak serta situasi dan aktivitas yang mendasari interaksi.

Tidak diragukan bahwa pengasuh membawa pengalaman masa kanak-kanaknya dan pengalamannya sebagai pengasuh. Meskipun pengasuh yang dewasa telah belajar banyak mengenai cara mengasuh dan membesarkan anak, tetapi dalam situasi yang penuh dengan muatan emosi, sarat dengan konflik dan menuntut banyak kesabaran dan keterampilan dengan anak, pengasuh cenderung mengulang pola reaksi yang dialaminya sendiri pada masa kanak-kanaknya – sering kali dengan perasaan tidak berdaya dan penyesalan (Brazelton 1995).

Agar pengasuh berhasil beradaptasi dan mentransformasikan interaksinya dengan anak menjadi pengalaman yang lebih positif, mereka harus belajar merasa aman, mempunyai energi dan motivasi, dan menunjukkan kreatifitas dalam situasi pengasuhannya. Bagi banyak pengasuh, menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemampuan anak tampaknya terjadi “secara otomatis” tanpa perlu memberikan perhatian khusus. Namun kebanyakan pengasuh merasakan bahwa terdapat perbedaan antara interaksi yang harmonis dan saling menyesuaikan diri dengan interaksi yang sarat dengan beban konflik yang lebih emosional yang harus dipecahkan melalui diplomasi. Fluktuasi seperti ini normal; tetapi bila hubungan itu terkungkung dalam perasaan, tindakan dan sikap yang negatif, maka bantuan mungkin dibutuhkan untuk mencari solusinya – atau untuk mengembangkan pengalaman interaksi dan situasi yang lebih positif. Agar hubungannya berkembang, maka perlu membangun kembali kemampuan berkomunikasi dengan empati dan saling menyesuaikan. Aadaptasi yang alami dan transformasi prinsip-prinsip dasar interaksi dapat terjadi di dalam “atmosfir” pengalaman yang positif dan saling berbagi.

Dengan bantuan prinsip-prinsip individual dalam program ICDP, pengasuh diundang untuk mengikuti proses di mana pengakuan, penemuan dan perkembangan interaksi lebih lanjut merupakan kuncinya. Dengan titik awal pada anak, pengasuh, dan situasi saat ini, dalam banyak hal interaksi menjadi sebuah perjalanan penemuan, sebuah proses yang biasanya mempunyai kecenderungan “terpasang tetap” untuk meningkat dalam kompleksitasnya dan senantiasa menjadi pengalaman baru. Tetapi perkembangan ini selalu terkait dan didasarkan atas potensi anak sendiri, situasi tertentu, dan kemampuan pengasuh untuk memobilisasi potensinya sendiri untuk berinteraksi secara sensitif, beradaptasi serta berkembang. Kombinasi antara sensitifitas pengasuhan, motivasi, tantangan dan bimbingan inilah yang menandai hubungan kokoh di mana perkembangan psikososial, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dapat terjadi. Intervensi dini yang berorientasi interaksi adalah untuk membantu membangun kembali dan mengembangkan lebih lanjut kualitas-kualitas ini dalam interaksi.

Semua interaksi antara pengasuh dan anak memiliki pola tersendiri, dan baru setelah kualitas-kualitasnya yang penting berkurang atau hilang secara sistematis bahwa pola ini mengandung “resiko” bagi perkembangan psikososial. Kualitas-kualitas dalam interaksi merupakan sebuah potensi bagi perkembangan dan peningkatan yang berkesinambungan dalam saling keterkaitan yang dinamis. Oleh karena itu, kualitas-kualitas tersebut tidak boleh dipandang sebagai bagian dari sebuah “resep”, tetapi merupakan kualitas dalam pengalaman interaksi yang senantiasa berubah, dan merupakan tantangan bagi kita untuk terus menciptakan dan mengembangkan lebih lanjut hubungan pribadi yang dekat.

sumber : http://www.idp-europe.org/indonesia/buku-inklusi/Membantu_Anak_dan_Keluarga_yang_Berkebutuhan_Khusus.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar