Minggu, 28 Maret 2010

Tak ingin pisah

Tak ingin pisah engkau dan aku
Takkan sama diriku tanpa genggamamu
Oh cintaku

Tak ingin pisah engkau dan aku
Semua membatu semua membeku
Tanpa kamu

Bagaimana mungkin hujan tercipta tanpa mega
Takkan bersemi bunga tanpa mentari
Bagaimana mungkin kaki kita
Melangkah tanpa arah

Takkan ada legenda
Tanpa sentuhan kisah cinta

Tak ingin pisah engkau dan aku
Berdua merajut cinta
Merangkai asa bahagia

Bagaimana mungkin hujan tercipta tanpa mega
Takkan bersemi bunga tanpa mentari
Bagaimana mungkin kaki kita
Melangkah tanpa arah

Takkan ada legenda
Tanpa sentuhan kisah cinta

Tak ingin usai disini
Ku ingin cinta yang abadi
Aku tak akan menyerah
Aku tak ingin pisah



by Andre feat Nino
Pencegahan

Perawatan pra kelahiran yang baik mampu mencegah infeksi yang bisa mengakibatkan retardasi mental pada janin.


sumber: http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak
Pengobatan

Pencegahan retardasi mental melalui perawatan pra kelahiran dan pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang terbaik. Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan intelektual anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk merangsang perkembangan. Kini sekolah mulai mengadakan pelatihan bicara dan bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan sosial.

Orang tua mungkin merasa sangat terbebani secara fisik maupun mental saat harus merawat anak yang mengidap retardasi mental. Konsultasi orang tua sangat penting untuk mengatasi stres serta bisa membantu mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi seperti ini.

sumber:http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak
Diagnosa

Pemeriksaan psikologis bisa dilakukan sebelum si anak berusia cukup untuk masuk sekolah untuk menentukan apakah ia mengalami retardasi mental. Karena banyak variasi dalam perkembangan anak, anak berusia sangat muda mungkin berkembang lebih lambat daripada teman sebayanya tetapi belum tentu ia mengalami retardasi mental.
Asosiasi Psikiaterik Amerika mengemukakan kriteria berikut untuk diagnosis
retardasi mental:
- IQ yang jauh dibawah rata-rata (70 kebawah)
- Daya fungsi adaptasi yang lemah dalam hal ketrampilan sosial, tanggung
jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan
dengan usianya
- Serangan sebelum usia 18 tahun
sumber:http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak
Penyebab

Penyebab retardasi mental berhasil ditemukan hanya dalam kurang dari setengah jumlah kasus. retardasi ringan umumnya ditemukan didalam kelas sosio-ekonomi rendah, tetapi retardasi mental yang ringan atau berat ditemukan pada semua kelas secara merata. Pengaruh negatif di dalam rumah seperti pengabaian anak dan kurangnya perangsangan sosial dan bahasa mungkin turut berperan dalam berkembangnya kasus yang ringan.

Gangguan genetis ditemukan pada 25% anak-anak yang mengidap retardasi mental dan biasanya hal ini berhubungan dengan retardasi yang berat. Sindrom Down adalah bentuk retardasi mental bawaan yang paling umum, yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom dan terjadi pada 1 dari 700 kelahiran di Amerika Serikat. Meskipun wanita berusia berapa pun bisa melahirkan anak pengidap sindrom Down, risiko ini meningkat secara tajam saat usia mencapai 35 tahun keatas. Gangguan ini, dan sejumlah gangguan bawaan dan kongenital lainnya, bisa didiagnosa secara in utero dengan menggunakan ultrasound atau amniosentesis. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki karakteristik wajah yang khas sejak lahir dan antara lain mengalami keterbelakangan dalam hal perkembangan kemampuan bicara dan koordinasi otot.

Banyak penyakit yang terjadi saat kehamilan bisa menyebabkan retardasi mental, terutama saat minggu-minggu pertama saat sistem organ mulai terbentuk, dan hal ini menekankan pentingnya perawatan pra kelahiran. Infeksi ibu seperti rubella (cacar Jerman), sifilis, dan sitomegalovirus adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan retardasi. Penyakit dan cedera saat masa kanak-kanak juga bisa menyebabkan retardasi mental setelah kelahiran. Yang paling umum terjadi adalah ensefalitis dan meningitis, yang menyerang otak secara langsung. Penyebab lain adalah trauma pada kepala akibat cedera yang timbul karena perlakuan kasar terhadap anak, kecelakaan dalam kendaraan bermotor, dan kecelakaan lainnya.


sumber:http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak

Retardasi Mental

Definisi

Tonggak perkembangan anak digunakan sebagai panduan kasar untuk menilai kenormalan fungsinya. Pada usia tertentu kebanyakan anak mulai mengenal suara orang tua atau mulai belajar berjalan. Panduan untuk perilaku berdasarkan umur ini tidak bersifat baku, jadi kalau anak Anda berjalan atau berbicara setelah waktu yang lebih lama atau cepat daripada anak lainnya, maka ini belum tentu menunjukkan adanya gangguan. Pemeriksaan standar guna mengevaluasi retardasi mental sebaiknya dilakukan pada saat Anda curiga adanya penundaan dalam perkembangan anak. Kira-kira 1% anak-anak mengidap retardasi mental.

Banyak anak-anak dengan retardasi mental lahir dengan abnormalitas fisik, seperti daya pendengaran yang lemah, atau masalah jantung. Mereka ini beresiko tiga sampai empat kali lebih tinggi untuk mengidap gangguan mental lainnya seperti ketidakmampuan belajar dan mengompol daripada populasi umum. Rasio retardasi mental pada laki-laki dan perempuan adalah 3:2.


sumber: http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak

Gangguan Mental Pada Anak

Hampir tidak mungkin untuk memastikan apa yang membuat seorang anak menjadi "normal" pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi secara umum, seorang anak yang berfungsi secara normal di dalam rumah, lingkungan dan sekolah sepertinya tidak mengalami gangguan psikologis. Masalah dengan guru atau perkelahian dengan temannya juga tidak bisa dijadikan acuan bahwa si anak sedang mengalami gangguan mental. Orang tua harus memperhatikan perilaku hariannya atau perilaku yang bertahan selama jangka waktu tertentu. Anak yang tidak bisa berteman atau tidak mau dijadikan teman oleh kawan-kawan sebayanya mungkin sedang mengalami masalah emosional atau psikologis.

Dokter keluarga adalah orang tepat untuk berkonsultasi soal perilaku dan gangguan ini - ia mengenal anak itu secara pribadi dan bisa membantu memilih seorang profesional kesehatan mental jika perlu. Guru yang bisa menilai prestasi dan perilaku anak itu saat ia bersama teman-teman sebayanya bisa membantu dalam mengidentifikasi masalah.


sumber:http://www.sabda.org/pepak/gangguan_mental_pada_anak
FAKTOR UMUM PENYEBAB GANGGUAN JIWA:
1. Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit,
muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah,
bukan dua) pada pasangan Kromosoma No. 21.
Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual)
ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang abnormal.
2. Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik
yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan),
sex, temperamen, fungsi endoktrin daurat syaraf jenis darah.
3. Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang
berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada
timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi
berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak.
4. Perkembangan Psikologik yang salah
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase
berikutnya;
b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai
kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau
c. disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau
gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita akan membicarakan beberapa
faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat
5. Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau di
asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal.
Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan edngan
retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum
anak breumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
6. Pola keluarga yang petagonik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranna yang penting dalam pembentukan
kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam keluarga
sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak
itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak
itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka
malahan mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.
7. Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa “badai
dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadpai dengan pertumbuhan yang cepat, perubahanperubahan
badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga
mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain,
sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya
masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa
tanggung jawab yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri.
Tidak jarang terjadi “krisis identitas” (Erikson, 1950)
8. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara
dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam
hal “ke-sementara-an” (“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman”
(“diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga
kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya
dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat
mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya.
Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).
9. Genetika :
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan
psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara
kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki
faktor herediter.
10. Neurobiological
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada
susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah
kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus
frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).
Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta
paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang
memiliki lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta
disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=299508794532
FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang
menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara
lain :
1. Faktor genetik;
2. Virus;
3. Auto antibody;
4. Malnutrisi.
Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia ? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai
berikut :
(1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anak-anak
12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
(2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan
kembar fraternal 15,2%.

Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai
peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena
kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak
akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.

Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen
dengan :
(a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;
(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
(c) Komplikasi kandungan; dan
(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila
mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.


sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=299508794532
SKIZOFRENIA SEBAGI BENTUK GANGGUAN JIWA
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan “The
American Psychiatric Association/APA” di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di
AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk.
Sebagai perbandungan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka
proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS
(1) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
(2) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes yang
memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);
(3) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil
(mati bunuh diri);
(4) angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada
umumnya.

sumber:http://www.facebook.com/note.php?note_id=299508794532

memulihkan-mengobati gangguan jiwa

gangguan jiwa bisa menimpa atau diderita siapa saja, termasuk orang (yang awalnya) dan atau yang masih dianggap normal, berakal sehat atau waras. Gangguan jiwa dapat berarti sebuah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman, terusik, tepatnya terganggu disebabkan oleh sebuah peristiwa yang memukul kejiwaannya dan bercokol seraya mengganggu ingatannya. Baik dengan cara lambat laun atau tiba-tiba karena shock; mengguncang jiwa.

Dipikir-pikir, gangguan jiwa itu bisa mewujud macam-macam bentuknya, tergantung dari kategorinya; ringan, sedang atau berat. Klasifikasi gangguan jiwa dapat di deteksi dari gejala-gejala yang tampak, diantaranya:

Ciri-ciri pada gangguan jiwa kategori ringan; susah tidur dengan sebab bukan kelelahan fisik atau gelisah, marah-marah, narsis berlebihan. Sedangkan kategori sedang, berciri-ciri; agak frontal, sangat emotional, ketakutan berlebihan tak bersebab, mulai tidak peduli dengan diri (kecuali untuk makan). Acuh terhadap orang lain dan lingkungannya, masih memiliki rasa malu, masih berkemampuan mengingat siapa dirinya. Sedangkan kategori berat adalah gila. Tidak ingat akan siapa dirinya, berlaku frontal-abnormal; kehilangan rasa malu.

Pertama, Gangguan jiwa kateori ringan hanya berakibat kecil jika segera disadari dan dicarikan jalan keluar. Hal ini tentu saja dapat ditanggulangi dengan cara-cara yang lebih mudah dan tak memerlukan waktu lama dibandingkan dengan kedua yang lain. Ini dapat diatasi dengan istirahat cukup, mencari aktifitas yang positif untuk menenangkan diri sesuai dengan kebiasaan dan sesuai kemampuan; membasuh muka dilanjutkan dengan ritual lain, mendengarkan sesuatu dan seraya diam sejenak atau dapat juga menyalurkan hoby. Berbagai hoby dari yang tidak mengeluarkan biaya, ber-cost murah atau bahkan yang memerlukan banyak uang. Semuanya tergantung kesadaran dan kemampuan penyikapan penderita terhadap yang ditimpanya.

Lainnya, untuk menggatasi narsis yang berlebihan, baik untuk menyaadari diri, meminjam ungkapan Andrea Hirata dalam Maryamah Karpof, bahwa sesungguhnya kita tak sebaik dan setampan yang kita sangka akan diri kita. Ya, subyektifitas kita akan kesuperioran diri berkemungkinan terbalik 180 derajat dari obyektifitas orang lain yang menilai diri kita. Bisa jadi kita ini inferior dalam pandangan mereka.

Kedua, Untuk gangguan jiwa kategori sedang, saya berterimakasih kepada Miss Muk, + 66 tahun, sebagai inspirator. Meskipun ucapan terimakasih ini jika disampaikan kepada beliau untuk sementara ini hingga waktu yang tidak pasti hingga kapan, beliau tak akan pernah mengerti maksud dan untuk apa terimakasih ini diberikan kepada beliau.

Oh ya, untuk pembaca yang menginginkan refrensi-teori, riset pustaka dan semacamnya dalam postingan kali ini maka, lupakan saja tulisan ini, karena tak ada pijakan teori atau keterlibatan studi pustaka dalam tulisan ini. Sebenarnya saya juga menginginkan teori yang ter-logika-kan untuk memperkaya perspektif dan pemahaman seperti postingan sebelumnya. Namun untuk tulisan ini; gangguan jiwa, belum dilakukan pencarian terhadap buku-buku soal tersebut. Satu-satunya data primer adalah Miss Muk dengan sedikit memikirkan hal lain sebagai perkiraan, penyanding dan pembanding.

Miss Muk saya golongkan ke dalam kategori gangguan jiwa sedang setelah beberapa bulan belajar mengamati beliau dan membandingkan dengan gangguan jiwa lain yang pernah saya lihat, ditambah gangguan yang pernah diderita diri (gelisah). Disebut kelas sedang karena masih banyak yang lebih ringan atau lebih parah/berat dari beliau. Gangguan ini tidak beliau derita sejak kecil, melainkan sekitar umur + 23 tahun dengan penyebab depresi karena cinta yang diberi peluang untuk berkembang. Saat ini beliau masih ingat akan siapa dirinya dan beberapa orang dekatnya, juga masih memiliki rasa malu (tak berani fullgar).

Sekitar 6 bulan lalu, Miss Muk masih menjadi “hantu” bagi diri, sepertinya juga untuk banyak orang, terlebih anak-anak. Beliau tinggal di sepetak ruangan yang terlihat tak terawat seperti dirinya. Beliau agak frontal, meledak-ledak. Sangat sulit diajak berkomunikasi. Sering bicara dan tersenyum sendiri. Bicara dengan intonasi berat tak jelas. Selalu menutup kedua telinganya dengan gumpalan kapas. Berambut panjang, putih, gimbal digelung. Jarang (malah nampak tidak pernah) berganti pakaian dan ganti kain;jarik, keadaanya kumal-kucel. Beraroma khas, sudah puluhan tahun tak mandi dan sikat gigi.

Sekarang keadaan Miss Muk perlahan berubah dengan bertahap. Penampilannya sudah tampak rapi dan lebih bersih karena sudah mau mandi (meskipun belum muncul inisiatif dari dalam diri Miss Muk dan baru 1 kali dalam sehari), gosok gigi dan dandan sederhana. Masih sering bicara dengan teman imajinernya. Sudah mau berkomunikasi walaupun belum mampu berkalimat panjang. Belum bisa menangkap maksud lawan bicara, kecuali kalimat sederhana dalam bahasa jawa dan tak terlalu banyak (mungkin karena sudah puluhan tahun jarang berkomunikasi dengan orang lain). Kata-kata yang dipahami dan digunakan misalnya; mandi, mencuci, menjemur, minta, sana, sini, makan, minum, gelas, gula, teh, kopi, roti, rumah, ganti, baju, pergi, jalan-jalan, teman, uang, kerja, siapa dan masih mengingat beberapa nama-nama orang yang dulu pernah dekat.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memulihkan gangguan jiwa kategori sedang diantaranya:

a. Perlakukan penderita gangguan secara manusiawi.
Untuk kali pertama memang harus memaksa penderita untuk mandi sebagai terapi awal. Yang saya temukan adalah walaupun makan seadanya, tak memperhatikan kecukupan gizi atau empat sehat lima sempurna. Tenaga yang dimiliki penderita cukup kuat. Hingga untuk memandikannya butuh kerjasama empat orang. Lalu, mengingat kepribadian penderita frontal, sebelum memaksa, baik dilakukan pendekatan atau bujukan dengan memberikan barang atau makanan/minuman kesukaannya, lebih manjur lagi jika menghadirkan teman dekatnya untuk berbincang.

Saya pikir, sudah cukup lama tak ada yang peduli untuk mengajaknya duduk bersama dan mendengarkan semua yang dikatakannya, meskipun tersering ngalor ngidul gak jelas juga dengan suara hilang timbul. Hal ini sudah dilakukan dan menjadi moment yang menyentuh. Penderita; Mis Muk sempat menyebutkan nama, menayakan almarhum suami karibnya dan Miss Muk masih mengingat nama anak pertama sahabat karibnya yang lahir di Magelang. Penderita tampak terkejut ketika karib-nya memeluknya, keduanya tampak berkaca-kaca. Miss Muk seketika luluh sesaat.

Tampak olehku betapa berarti dan berperan cukup besar sebuah pelukan, sanggup menghilangkan ke frontal an Miss Muk. Ini bertanda hati nya masih peka, ada kerinduan yang dalam dan juga masih bisa merasakan kehangatan sebuah pelukan. Dalam hatinya tertebak, “ternyata masih ada yang peduli“.

Yang menyenangkan juga, saraf Miss Muk masih berfungi dengan baik. Indikasinya, setelah dimandikan dan di keramas cukup lama hingga beberapa kali dalam satu waktu (menghilangkan daki yang mengerak). Badannya gemetaran (nderedeg) karena kedinginan. Hal itu saya pikir sebagai respon siraman air yang selama puluhan tahun tak pernah ada. Lalu, untuk menggunakan sikat gigi saja Miss Muk kesulitan, seperti lupa bagaimana caranya. Setelah diberi contoh, beliau bias mengarahkan sikat gigi dengan kaku. Hari ketiga mulai belajar mencuci pakaian sendiri, bisa mengucek walaupun sangat kaku juga untuk kali pertama.

b. Dampingi dan lakukan bertahap dan berulang-ulang.
Beberapa minggu penderita masih sulit diajak mandi, selalu meronta dan menggunakan jurus andalanya, menjatuhkan diri dan ngglosor di tanah dengan berteriak-teriak. Pernah juga mengacungkan sapu, lalu lari tunggang langgang. Sekitar minggu ke 10, meskipun harus dicari, dijemput dan dipegangi terlebih dahulu, sudah lebih mudah memintanya untuk mandi dan mencuci pakaian sendiri.

Minggu ke 12, ritual pemotongan kuku tangan dan kaki, menjadikan ia lebih luluh. Saya pikir karena ada sentuhan-sentuhan tangan orang lain lagi kepadanya dan segelas teh tubruk kental manis kesukaan Miss Muk. Syahdan, ritual ini membuka ingatan Mis Muk dan mengeluarkan kosa kata yang sebelumnya tak ada.

Beliau menanyakan dengan menggunakan bahasa Jawa kepada pemotong kuku yang sedang memotong kuku-kuku hitamnya yang panjang. Diantaranya : Semua yang ada punya saya. Mana ibumu?. Kamu sekolah?. Dulu waktu kamu kecil lari-lari disekitar sini. Tentara, Sumatra. Ambarawa. Asrama. Magelang. Jangan dibuang, dikubur nanti. Beliau pun melarang pemotong kuku membiarkan kuku-ku itu terjatuh di lantai. Beliau mengenggam hasil potongan kuku, setelah selesai lalu mengubur kuku-kuku itu dan menyiramnya dengan air. Mengingat bagaimana ia kali pertama dijumpai, Ini adalah sebuah kemajuan yang baik, kata-kata itu bukan sekedar tak bermakna, tetapi juga sebuah kebenaran ingatan, ingatan yang benar. Mengejutkan!

Sekitar minggu ke 17, tepat hari Jumat. Awalnya bersedia dipotong kuku. Namun setelah mandi dan mencuci, dibantu bedak-an, dibuatkan teh kesukaan, Mis Muk menolak. “Sudah, ini masih bersih” kata Miss Muk. Dialog pendek terjadi, kadang nyambung, keseringan tidak. “Jum’at aja dipotong” kata Miss Muk.

Kawan, permintaannya sungguh menyenangkan, sepertinya ini berhubungan dengan hari yang di sunnahkan untuk memotong kuku bagi muslim, mungkin dulu Miss Muk biasa melakukannya. Setelah diberitahukan berulang-ulang bahwa ini hari jumat dan dibujuk, Miss Muk bersedia dipotong kukunya dan saat itu Ia tersenyum-senyum bahagia.

Barangkali karena sebuah sentuhan lagi dan perlakuan hormat lawan bicara kepada beliau. Saat itu juga muncul kata baru, Pra-mu-ka dan pengulangan kata-kata yang sama pada saat pemotongan kuku sebelumnya. Kepedulian berikutnya memunculkan kata Jambi dan Sholat dengan stimulasi Mukena/rukuh yang sedang digunakan lawan bicaranya.

Setelah itu terjadi, keesokan harinya tibalah saatnya melakukan ritual pagi, didatangi dan diajak mandi. Bukan penjemput yang menggandeng tangan Miss Muk. Tapi Miss Muk yang memegangi lengan pengajak, seperti gambaran kemesraan sepasang kekasih. Oh, so sweet….. Tampaknya Miss Muk sudah mulai nyaman dengan seseorang tersebut.

Ketiga, Gangguan jiwa kategori berat, yakni gila dengan tanda yang sudah disebutkan diatas. Cara penanggulangannya saya pikir seperti gangguan jiwa kelas sedang. Namun perlu intensitas penanggulangan yang lebih juga memerlukan waktu yang juga lebih lama.


sumber :http://perempuannya.wordpress.com/2009/12/22/memulihkan-mengobati-gangguan-jiwa/

Bagaimana kita mengetahui seseorang terkena gangguan jiwa?

Orang yang tidak sehat jiwanya cenderung hidup dalam dunia yang diciptakannya sendiri, mengalami kesulitan dalam komunikasi, asosial atau antisosial, bahkan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Mereka yang mengalami gangguan seperti ini perlu perawatan yang khusus.

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan keseimbangan jiwa seseorang, dimana ia dapat mengatur hidupnya dan menjalankan fungsinya dalam masyarakat.

WHO menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang sehat dan kurang sehat jiwa di antaranya:
- Selalu menganggap dirinya paling benar atau selalu salah.
- Cemas / khawatir / gelisah terhadap masalah yang sebenarnya sepele.
- Mudah marah / tidak bisa marah.
- Cenderung meremehkan / menyerang orang lain.
- Tidak bisa / sukar memaafkan kesalahan orang.
- Menganggap semua orang adalah musuh.
- Sombong / egosentris / sukar berteman.

Begitupun ketika tidak mampu menghadapi kenyataan hidup, tidak realistik, karenanya ia sering lari dari kenyataan dengan cara selalu menyalahkan orang lain (proyeksi) walaupun sebenarnya sumber kesalahan adalah dirinya.

Selain itu, tanda-tanda lain berupa kondisi jiwa yang mudah murung, putus asa, tidak mampu menyatakan isi hatinya pada orang lain. Bila orang yang sehat mempunyai toleransi yang baik terhadap stres. Artinya tidak mudah mengalami goncangan jiwa atau panik dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup dan mampu mengambil hikmah dari kekecewaan dan kegagalan yang dialami. Sedangkan yang kurang sehat jiwanya cenderung mudah tersinggung karena membela "keakuannya".

Jika Anda mempunyai teman atau anggota keluarga yang mempunyai ciri-ciri di atas, segera konsultasikan dengan dokter spesialis jiwa / hypnotherapist terdekat.

Teman Anda memerlukan pertolongan!



sumber : http://forum.lareosing.org/archive/index.php/t-7406.html

Minggu, 21 Maret 2010

DETEKSI DINI
Kita juga bisa mendeteksi ‘potensi’ timbulnya gangguan jiwa pda diri kita atau sahabat. Cara gampangnya, lihat perubahan sikap diri kita atau sahabat. Misalnya, jika sebelumnya kita tipe yang santai, lalu tiba-tiba berubah jadi cemas dan khawatir, gampang marah, cepat lupa sering kehilangan konsentrasi, cepat murung, itu bisa jadi pertanda yang perlu diwaspadai.
Atau kebalikannya, sahabat yang biasnya pendiam berubah menjadi gembira berlebihan dan super aktif. Jangan menganggap perubahan itu merupakan hal yang normal, tetapi sebagai disfungsi perilaku. Jika dibiarkan, penderita bisa mengalami lebih dari satu gangguan jiwa. Misalnya awalnya sahabat cemas soal berat badannya. Jika perasan cemas ini dbiarkan akhirnyadapat menombulkan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Sekali lagi harus ditekankan , bahwa kita harus waspada dan mengamati selalu perubahan perilaku sahabat, apakah masih dalam taraf yang wajar atau tidak. Intinya jika lingkungan sudah merasa adanya keluhan terhadap orang ini dan orangnya sendiri sudah merasa adanya keluhan, saatnya mencari bantuan.
Bantu sahabat untuk memulihkan kondisinya. Jika dia menolak diajak ke psikolog, jadilah sahabat yang selalu ada di dekatnya untuk memberikan perhatian dan dukungan. Biarkan dia tahu kalau kita selalu siap buat dia.
KITA YANG KENA
Bagaimana jika seandainya kelainan ada pada diri kita sendiri, bagaimana caranya mendeteksinya ? jika muncul rasa cemas, takut, gelisah, merasa bersalah, ada baiknya anda curhat kepada sahabat atau psikolog entang perasan anda tersebut.jika anda ingin curhat kepada teman maka pilihlah teman yang objektif dan bijak. Jangan diabaikan dan disimpan dalam hati. Minimal, beban emosi kita terangkat. Banyak kerugian yang akan kita dapat jika terkena ganagguan ini. Paling parah, kualitas hidup kita menurun, tidak produktif, tiodak bahagia dengan hidup dan lingkungan kita.
Tapi jangan terlalu khawatir berlebihgan, karena dengan bantuan professional seperti psikolog dan psikiater, kita bisa berkonsultasi, belajar mengatur stress, dan mendapat pengobatan yang tepat. Lagi pula hidup tanpa ambisi dan semangat juga seperti hidup tanpa bumbu.
KUNCINYA : POSITIF TERUS !
Kita pasti tidak mau hidup kita sia-sia karena gangguan ini. Sama seperti penyakit lain, kita bisa cegah biar gangguan jiwa ini tidak mampir dalam hidup kita. Pertama, usahakan mengepung, hentikan dulu aktivitas kita dan carilah waktu untuk beristirahatuntuk menyegarkan kembali pikiran dan tenaga kita. Selain itu kita juga harus tau bagaimana menyesuaikan diri dengan stress ini.
Misalnya, sekarang kita stress gara-gara tenggat waktu yang harus dipenuhi. Mengeluh dan marah terus-terusan. Alhasil pekerjaan kita tidak akan selesai-selesai dan kita akan tambah stress dan marah-marah lagi..
Tetaplah berpikir positif. Misalnya semangati diri sendiri, jika berhasil menyelesaikan pekerjaan ini, kita akan menjadi pribadi yang baik dan menunjukan pada diri sendiri kalau kita bisa. Intinya jangan pernah lari dari masalah memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa.
JANGAN LUPA
Satu lagi, jangan hanya terfokus pada diri sendiri dan merasa pekerjaan kita paling berat sedunia.. coba perhatikan orang lain yang beban kerjanya lebih berat dari kita, tapi jangan membandingkan dengan orang yang posisinya terlalu tinggi.
Pulang kantor atau kuliah, jangan lupa melihat pedagang kaki lima atau asongan yang harus berpanas-panas ria seharian penuh demi memenuhi kebutuhan hidup. Kalau begini, masa kita masih mau mengeluh kalau pekerjaan kitalah yang paling berat ?

Adalah hal yang wajib anda lakukan. Cara lain yang cukup ampuh untuk mencegah gangguan jiwa adalah tertawa. Daripada cemberut pas tenggat waktu, mendingngan tertawakan kelalaian kita atau baca lelucon garing. Kalau masih tidak mempan, kompakan saja dengan teman kerja buat menciptakan sesuatu yang beda di kantor ( tapi tidak merugikan).
Mulai sekarang, jalani hidup lebih santai dan tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.

Sumber :
http://pusatmedis.com/psikologi_63.htm
macam-macam gangguan jiwa:
Tidak perlu panic, ketahui saja terlebih dahulu beberapa jenis gangguan jiwa yang bisa mengancam kita atau sahabat kita
• Gangguan jiwa yang berkaitan dengan zat, seperti alcohol, kafein, nikotin, ganja, dan narkoba.
Gangguan ini muncul karena penyalahgunaan zat-zat yang disebutkan tadi . ketergantungan zat ditandai dengan kebutuhan yang lebih dan lebih lagi. Penderita akan meras skaw jika tidak segera mengonsumsi zat tersebut. Pasti anda pernah mendengar para perokok yang mengaku gelisah atau ada yang kurang kalau tidak merokok. Nah jika zatnya adalah narkoba efeknya akan lebih hebat lagi.
• Ganguan somatisasi
Ini adalah gangguan jiwa yang termanifestasi dalam benttuk keluhan fisik, padahal kalau dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Tidak akan ditemukan gangguan pada fisik yang bersangkutan. Penderita biasanya memiliki keluhan seperti sakit jantung. Sakit kepala, meras punya tumor dan lain-lain.
• Gangguan Mood
Gangguan ini muncul karena penderita tidak bisa mengontrol kondisi emosinya. Pada periode tertentu dia bisa depresi. Pada periode lain bisa sebaliknya. Penderita seperti ini dikuasai oleh emosinya. Pada tingkat tertentu gangguan ini bisa disertai gejla psikotik seperti halusinasi dan delusi.
• Ganguan Cemas
Penderita merasa kecemasan yang berlebihan atau irasional terhadap hal-hal yang sebenarnya yang tidak mengancam. Misalnya akut keluar rumah karena harus bertemu orang banyak, takut gelap, takut pada ruang sempit dan sebagainya. Namun gangguan cemas ini bisa juga tidak memiliki factor pemicu yang jelas. Akibatnya penderita tidak merasa aman dan kelelhan dengan persaan cemasnya tersebut.
• Gangguan Kontrol Impulsif
Penderita tidak bisa menahan dorongan untuk melakukan hal tertentu, misalnya untuk mencuri ( kleptomania) tidak tahan untuk tidak bermain api atau berjudi.
• Gangguan Kepribadian
Ciri kepribadian penderita sangat dominan, sehingga menggangu interaksinya dengan orang lain. Misalnya terlalu pede, takut pada hal secara berlebihan, terlalu pendiam danmenlak bergaul dengan oranglain dan sebagainya.

sumber : Sumber :
http://pusatmedis.com/psikologi_63.htm
KENALI AGAR TIDAK MENGGANGGU
Sakit jiwa … !! kapan sih kita bisa menilai orang sakit jiwa ? atau jangan-jangan kita juga bisa kena …
Sekarang bisa jadi kita merasa jiwa kita dalam keadaan prima dan bebas gangguan. Padahal belum tentu, karena gangguan jiwa itu tidak selalu seperti orang gila yang berjalan dipinggir jalan tanpa busana atau tertawa sendirian seperti anak kecil. Semua orang berpotensi terkena gangguan jiwa tanpa memandang latar belakang. Menurut ahli jiwa orang yang terkena gangguan kejiwaan bisa siapa saja , tidak hanya orang yang berasala dari kalangan bawah tapi juga bisa di alami oleh mahasiswa, pegawai negeri, pegawqi swasta. Dan kalangan professional berarti anda pun juga bisa terkena gangguan jiwa ….
KENALAN DULU
Definisi gangguan jiwa atau mental disorder, menurut diagnostic and statistic manual of mental disorder, adalah seluruh gejala atau pola perilaku seseorang yang berkaitan dengan tekanan ( distress) dan ketidakmampuan seseorang. Perubahan prilaku ini beresiko kematian ,penyakit dan ketergantungan.
Gangguan mental ini sangat berkaitan erat dengan kondisi social, biologis, kepribadian dan pengalaman traumatis, seperti kecelakaan, bencana atau kehilangan. Tetapi tidak semua gangguan mental didahului oleh pengalaman traumatic. Pikun pada penderita Alzheimer, misalnya, disebabkan kelainan pda kinerja otak. Jadi, latar belakang biologis yang lebih berperan.
Dunia psikiatri mulai melihat gangguan jiwa tersebut dari sisi biologis. Apakah ada kelainan di otak penderita gangguan jiwa dibandingkan orang yang normal. Selain itu ada penelitian lanjutan untuk melihat apakah kelainan ini bisa diturunkan. Hal ini penting diketahui supaya kalau ada memang kecenderungan penurunan itu kuat, bisa ditanggulangi dulu, bisa dideteksi lebih dini dan diobati.

sumber : Sumber :
http://pusatmedis.com/psikologi_63.htm

penyakit mental

Penyakit mental
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_mental
Langsung ke: navigasi, cari
Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat.

Minggu, 14 Maret 2010

7 CIRI GANGGUAN JIWA
Sumber : http://imron46.blogspot.com/2009/12/7-ciri-gangguan-jiwa.html

Ada 7 ciri seseorang mengidap gangguan jiwa, jika ciri - ciri ini dapat dikenali dengan baik maka gangguan tersebut akan terdeteksi dengan sangat cepat, semakin cepat sebuah gangguan jiwa terdeteksi maka penanganannya juga lebih cepat. Melihat acara ditelevisi yang menayangkan banyaknya kejadian Bunuh Diri, maka perlu peran serta masyarakat agar kejadian bunuh diri tersebut dapat berkurang.

1. Menarik diri dari interaksi sosial : seseorang mulai memiliki keinginan untuk menyendiri, memiliki imaginasi yang sangat tinggi dan menikmati sebuah suasana kesendirian, suasana kesendirian yang terlalu berkepanjangan membuat seseorang menikmati kesendirian tersebut dan memicu munculnya fantasi - fantasi semu, jika fantasi - fantasi tersebut berubah menjadi sebuah persepsi nyata dan persepsi tersebut diyakini oleh yang bersangkutan maka seseorang tersebut akan mulai berbicara sendiri, berbicara dengan fantasinya dll.
2. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. Seseorang mengalami ketidakmampuan untuk mengingat dimana dia berada dan jam berapa dia saat itu, orang dengan kesulitan orientasi ini terjadi karena memorinya hanya berputar pada masalah - masalah yang dia pikirkan, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk mengenali waktu dan tempat.
3. Mengalami penurunan daya ingat dan daya kognitif parah : ketika diminta untuk melakukan perhitungan sederhana maka dia tidak mampu melakukan dengan mudah, perhitungan yang mudah tersebut menjadi sebuah tugas sulit untuk mereka.
4. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri : orang dengan gangguan jiwa mengabaikan penampilan dan kebersihan diri, gambaran dirinya negativ sehingga mereka menganggap penampilan tersebut tidak penting, bahkan beberapa penderita gangguan jiwa parah telanjang dan tidak mengenakan busana berkeliaran kemana - mana.
5. Memiliki labilitas emosional : bisa mengalamai perubahan mood yang sangat cepat, perubahan yang fluktuatif ini membuat penderita gangguan jiwa menjadi susah terkontrol, stimulus yang sangat ringan bisa membuat mereka menjadi marah secara berlebih atau justru sedih secara berlebih.
6. Memiliki perilaku yang aneh : mengurung diri dikamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba - tiba menangis, berjalan mondar - mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
7. Memiliki keengganan melakukan segala hal : mereka berusaha untuk tidak melakukan apa - apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa - apa.
Jika anda menemukan beberapa gejala tersebut, alangkah baiknya segera membawa orang yang bersangkutan ke Psikiater, Dokter Spesialis Jiwa, Rumah Sakit Jiwa atau ke Klinik Penyembuhan gangguan jiwa sehingga penderita masih bisa ditolong secepat mungkin.
Gangguan Mental Pada Anak
Sumber : http://www.sabda.org/c3i/gangguan_mental_pada_anak
Hampir tidak mungkin untuk memastikan apa yang membuat seorang anak menjadi "normal" pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi secara umum, seorang anak yang berfungsi secara normal di dalam rumah, lingkungan dan sekolah sepertinya tidak mengalami gangguan psikologis. Masalah dengan guru atau perkelahian dengan temannya juga tidak bisa dijadikan acuan bahwa si anak sedang mengalami gangguan mental. Orang tua harus memperhatikan perilaku hariannya atau perilaku yang bertahan selama jangka waktu tertentu. Anak yang tidak bisa berteman atau tidak mau dijadikan teman oleh kawan-kawan sebayanya mungkin sedang mengalami masalah emosional atau psikologis.
Dokter keluarga adalah orang tepat untuk berkonsultasi soal perilaku dan gangguan ini - ia mengenal anak itu secara pribadi dan bisa membantu memilih seorang profesional kesehatan mental jika perlu. Guru yang bisa menilai prestasi dan perilaku anak itu saat ia bersama teman-teman sebayanya bisa membantu dalam mengidentifikasi masalah.

Retardasi Mental
Sumber : http://www.sabda.org/c3i/gangguan_mental_pada_anak

Definisi
Tonggak perkembangan anak digunakan sebagai panduan kasar untuk menilai kenormalan fungsinya. Pada usia tertentu kebanyakan anak mulai mengenal suara orang tua atau mulai belajar berjalan. Panduan untuk perilaku berdasarkan umur ini tidak bersifat baku, jadi kalau anak Anda berjalan atau berbicara setelah waktu yang lebih lama atau cepat daripada anak lainnya, maka ini belum tentu menunjukkan adanya gangguan. Pemeriksaan standar guna mengevaluasi retardasi mental sebaiknya dilakukan pada saat Anda curiga adanya penundaan dalam perkembangan anak. Kira-kira 1% anak-anak mengidap retardasi mental.
Banyak anak-anak dengan retardasi mental lahir dengan abnormalitas fisik, seperti daya pendengaran yang lemah, atau masalah jantung. Mereka ini beresiko tiga sampai empat kali lebih tinggi untuk mengidap gangguan mental lainnya seperti ketidakmampuan belajar dan mengompol daripada populasi umum. Rasio retardasi mental pada laki-laki dan perempuan adalah 3:2.
Penyebab
Penyebab retardasi mental berhasil ditemukan hanya dalam kurang dari setengah jumlah kasus. retardasi ringan umumnya ditemukan didalam kelas sosio-ekonomi rendah, tetapi retardasi mental yang ringan atau berat ditemukan pada semua kelas secara merata. Pengaruh negatif di dalam rumah seperti pengabaian anak dan kurangnya perangsangan sosial dan bahasa mungkin turut berperan dalam berkembangnya kasus yang ringan.
Gangguan genetis ditemukan pada 25% anak-anak yang mengidap retardasi mental dan biasanya hal ini berhubungan dengan retardasi yang berat. Sindrom Down adalah bentuk retardasi mental bawaan yang paling umum, yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom dan terjadi pada 1 dari 700 kelahiran di Amerika Serikat. Meskipun wanita berusia berapa pun bisa melahirkan anak pengidap sindrom Down, risiko ini meningkat secara tajam saat usia mencapai 35 tahun keatas. Gangguan ini, dan sejumlah gangguan bawaan dan kongenital lainnya, bisa didiagnosa secara in utero dengan menggunakan ultrasound atau amniosentesis. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki karakteristik wajah yang khas sejak lahir dan antara lain mengalami keterbelakangan dalam hal perkembangan kemampuan bicara dan koordinasi otot.
Banyak penyakit yang terjadi saat kehamilan bisa menyebabkan retardasi mental, terutama saat minggu-minggu pertama saat sistem organ mulai terbentuk, dan hal ini menekankan pentingnya perawatan pra kelahiran. Infeksi ibu seperti rubella (cacar Jerman), sifilis, dan sitomegalovirus adalah jenis penyakit yang bisa menyebabkan retardasi. Penyakit dan cedera saat masa kanak-kanak juga bisa menyebabkan retardasi mental setelah kelahiran. Yang paling umum terjadi adalah ensefalitis dan meningitis, yang menyerang otak secara langsung. Penyebab lain adalah trauma pada kepala akibat cedera yang timbul karena perlakuan kasar terhadap anak, kecelakaan dalam kendaraan bermotor, dan kecelakaan lainnya.
Diagnosa
Pemeriksaan psikologis bisa dilakukan sebelum si anak berusia cukup untuk masuk sekolah untuk menentukan apakah ia mengalami retardasi mental. Karena banyak variasi dalam perkembangan anak, anak berusia sangat muda mungkin berkembang lebih lambat daripada teman sebayanya tetapi belum tentu ia mengalami retardasi mental.
Asosiasi Psikiaterik Amerika mengemukakan kriteria berikut untuk diagnosis
retardasi mental:
- IQ yang jauh dibawah rata-rata (70 kebawah)
- Daya fungsi adaptasi yang lemah dalam hal ketrampilan sosial, tanggung
jawab, komunikasi, kesaling-bebasan, ketrampilan hidup sehari-hari,
kesanggupan untuk mencukupi diri sendiri yang lambat jika dibandingkan
dengan usianya
- Serangan sebelum usia 18 tahun

Pengobatan
Pencegahan retardasi mental melalui perawatan pra kelahiran dan pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang terbaik. Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan intelektual anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk merangsang perkembangan. Kini sekolah mulai mengadakan pelatihan bicara dan bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan sosial.
Orang tua mungkin merasa sangat terbebani secara fisik maupun mental saat harus merawat anak yang mengidap retardasi mental. Konsultasi orang tua sangat penting untuk mengatasi stres serta bisa membantu mengidentifikasi rasa marah dan bersalah yang mungkin timbul dalam situasi seperti ini.
Pencegahan
Perawatan pra kelahiran yang baik mampu mencegah infeksi yang bisa mengakibatkan retardasi mental pada janin.
GANGGUAN JIWA & HEDONISME
Sumber : http://imron46.blogspot.com/2009/08/gangguan-jiwa-hedonisme.html

Benarkah ada kaitan antara memperturutkan hawa nafsu duniawi dengan gangguan jiwa? jika memang ada maka harus dibuat sebuah penelitian tentang pengaruh hedonisme dengan Gangguan Jiwa, hedonisme ini akan mempengaruhi perilaku manusia dalam mengkonsumsi sesuatu, dalam melakukan sesuatu, dalam memenuhi gaya hidupnya, dalam merencanakan dan mengisi kegiatan hidupnya, seorang hedonis cenderung tidak mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya. Semua keinginannya berusaha dipenuhi, apakah keinginan tersebut melanggar hak orang lain? apakah keinginan tersebut bertentangan dengan nilai dan norma, apakah keinginan tersebut bertentangan dengan hukum dan ketentuan yang berlaku. Seorang hedonis menganut kepentingan "ASALKAN SEMUA KEINGINAN GUE TERCAPAI", akibat dari pemikiran ini maka mereka mengabaikan hak orang lain, mengabaikan kepentingan orang lain dan merasa MEREKA yang harus didahulukan dalam segala hal.

Apa yang membuat para hedonis ini menghalalkan segala cara untuk menggapai sesuatu, apakah cara yang mereka pakai itu melanggar agama, apakah cara yang mereka pakai merugikan orang lain yang penting kepentingan mereka tercapai, Hedonis terlalu mengagungkan kemewahan duniawi, sehingga mereka meninggalkan ukhrawi, mereka meninggalkan nilai - nilai kebenaran yang hakiki dan membuat nilai - nilai kebenaran yang menguntungkan diri dan teman - teman yang mendukung mereka.

Akibat dari memperturutkan hawa nafsu ini hati mereka menjadi hampa, mereka merasa tidak pernah bahagia, bahkan mereka menganggap bahwa kebahagiaan adalah ketika mereka menjadi yang terbaik, menjadi yang terhebat, menjadi yang paling dalam segala hal, akibatnya segala hal yang bisa membuat bahagia menurut orang lain belum mampu membuat bahagia menurut para hedonis.

Jika seseorang merasa sangat berbahagia ketika mereka dapat melakukan sebuah kegiatan bersama dengan keluarga maka para hedonis baru akan bahagia setelah mereka mendapatkan sebuah gelar, sebuah julukan YANG TER..., akibat dari keinginan yang abstrack ini, mereka tidak pernah mensyukuri sebuah pemberian, mereka tidak mau menikmati setiap kenikmatan hidup karena keinginan menjadi YANG TER... itu belum terpenuhi.

Gangguan jiwa siap mengancam para hedonis, karena jiwa yang stabil adalah jiwa yang mengenal dirinya sendiri, mengenal orang lain, mengenal lingkungan dan mengenal kehidupan, tanpa sebuah konsep yang benar tentang kehidupan maka kehidupan akan dimaknai secara berbeda, kehidupan akan menjadi sebuah ajang perlombaan, kehidupan menjadi sebuah kompetisi untuk mengungguli orang lain dalam berbagai hal, Waham Kebesaran, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Halusinasi bisa muncul akibat dari ketidakmampuan menerima diri dan beberapa situasi yang berada diluar KEINGINAN tersebut.

Sehat jiwa adalah penerimaan menjalani kehidupan sesuai peran, penerimaan terhadap semua ketentuan yang berlaku dan penerimaan terhadap semua skenario dalam kehidupan yang tersaji didepan mata, Sehat jiwa adalah sebuah perjalanan panjang kedewasaan psikologis untuk mencapai tataran nyaman secara psikologis. Semua masalah berawal dari pikiran, jika merasa memiliki masalah maka lepaskan masalah dari genggaman. Lepaskan semua keserakahan, lepaskan semua rencana untuk menyakiti orang lain, lepaskan semua keinginan jahat untuk melanggar hak orang lain,
Gangguan Mental Ternyata Penyakit Keturunan
Gangguan mental yang dialami seseorang ternyata ada gen penyebabnya yang bisa diturunkan. Telusuri riwayat keluarga apakah ada yang mempunyai gangguan mental sehingga bisa diantisipasi bukan untuk ditakuti.
Karena semua orang punya potensi sakit mental dengan berbagai faktor yang tidak mampu diatasinya. Faktor lingkungan, stres atau trauma bisa memicu seseorang mengalami gangguan mental.
Gen penyebab penyakit mental ini berhasil ditemukan peneliti Skotlandia. Studi ini menjelaskan bahwa penyakit mental bisa diturunkan dan mempengaruhi fungsi otak.
Gen itu adalah ABCA13 yang bersifat inaktif sementara pada beberapa penyakit psikologis seperti schizophrenia, penyakit bipolar dan depresi.
Peneliti membandingkan 2.000 orang pasien psikiatrik dan 2.000 orang sehat. Hasilnya, gen ABCA13 banyak ditemukan pada pasien dengan penyakit mental.
Peneliti percaya, gen itu mempengaruhi molekul lemak pada otak yang akhirnya mempengaruhi kejiwaan seseorang. Studi ini dimuat dalam the American Journal of Human Genetic.
“Ini adalah studi pertama yang menghubungkan kerusakan DNA dengan penyakit mental. Ini bisa jadi petunjuk untuk membuat obat bagi para pasien yang punya penyakit mental,” ujar Dr Ben Pickard dari Edinburgh University seperti dilansir BBC, Selasa (1/12/2009).
Sumber: Nurul Ulfah – detikHealth
Mengenal Beberapa Jenis Gangguan Mental
Sumber : [http://www.iqeq.web.id/art/art10.shtml]
Oleh Staff IQEQ
Pada suatu saat dalam kehidupannya, manusia tentu pernah mengalami suatu kejadian yang begitu membekas dalam seluruh struktur kepribadiannya. Peristiwa tersebut disebut peristiwa traumatis. Contohnya adalah kematian orang yang dicintai, kegagalan dalam menempuh ujian, maupun pengalaman yang tidak menyenangkan yang membuat takut. Peristiwa-peristiwa traumatik seperti itu akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang sehingga pola perilakunya berubah.
Salah satu cabang psikologi yang mempelajari gangguan-gangguan psikis, emosional, dan perilaku yang menyimpang disebut Psikopatologi.
Abnormalitas adalah suatu perilaku yang bertentangan dengan suatu keadaan yang normal. Adapun normalitas seseorang yang disepakati para ahli adalah sebagai berikut :
• Persepsi yang efisien terhadap kenyataan, artinya seseorang tidak memandang sesuatu dengan membesar-besarkan atau mengecilkan sesuatu
• Mengenali diri sendiri
• Mampu mengendalikan perilakunya atas kehendaknya sendiri
• Memiliki harga diri dan diterima oleh lingkungannya
• Mampu memberi perhatian dan membina hubungan cinta kasih
• Produktif
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental. Faktor-faktor tersebut adalah :
• Faktor fisiologis dan biologis, seperti terjadinya kerusakan pada otak (brain damage), kegagalan perkembangan otak, ataupun cacat fisik lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak. Faktor-faktor ini biasa disebut dengan Samatogenik
• Faktor psikologis, seperti rasa sepi, stress, kecemasan, dan sebagainya. Faktor ini biasa disebut dengan Psikogenik
• Faktor lingkungan, seperti peperangan, kerusuhan rasial, kelaparan, kehidupan di penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif, dan sebagainya
Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat menggunakan kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut DSM-III, jenis-jenis gangguan mental adalah sebagai berikut :
• Disorders first evident in infancy, childhood, or adolescence atau penyimpangan/kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah : retardasi mental, hiperaktif, kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal
• Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua penyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke dalam tubuh seperti penggunaan alkohol yang kelewat batas
• Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia, seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika, alkohol, nikotin, dan sebagainya
• Schizophrenic disorders, atau kelompok penyimpangan/kekacauan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan realitas atau kenyataan
• Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai terus-menerus, perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya
• Affective disorders, atau depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis
• Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya
• Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan adanya penyakit atau gangguan medis lainnya
• Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia dan kasus kepribadian ganda (multiple personality)
• Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua penyimpangan identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten, ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan seks dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat). Homoseksualitas termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati keadaannya sebagai seorang homoseks
• Conditions not attributable to a mental disorder, atau kondisi-kondisi yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan keluarnya (seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak, atau kekerasan terhadap anak-anak
• Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial
Gangguan-gangguan karena kecemasan
Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam kehidupannya sehari-hari ia selalu merasakan tegangan psikologis yang cukup tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang selalu cemas, kadang-kadang akan terserang rasa panik, yaitu suatu periode ketakutan yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan terjadi. Keadaan ini akan diikuti oleh gejala-gejala gangguan fisik seperti jantung berdegub kencang, nafas tersenggal-senggal, keringat dingin, gemetar yang hebat, bahkan kadang-kadang sampai pingsan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak tahu faktor-faktor yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Kecemasan ini sering disebut free-floating, karena tidak jelas faktor yang menyebabkannya. Para ahli berpendapat bahwa penyebab gangguan ini lebih bersifat internal daripada eksternal.
Phobia adalah gangguan kecemasan yang lebih spesifik, yang timbul bila menghadapi rangsangan tertentu saja, seperti jenis serangga tertentu, tempat yang tinggi, tempat yang tertutup, dan sebagainya. Salah satu penyebab dari phobia adalah serangan rasa panik atau pengalaman-pengalaman yang menakutkan di masa lampau.
Bila individu cenderung selalu terdorong memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia pikirkan dan melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan, maka ia mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Walau penyebab gangguan kecemasan ini sulit untuk diketahui, tetapi reaksi mereka menunjukkan bahwa individu-individu tersebut mempunyai perasaan tidak mampu dalam menghadapi situasi-situasi yang mereka pandang mengancam.
Gangguan-gangguan afektif
Gangguan-gangguan afektif adalah gangguan-gangguan terhadap suasana hati (mood). Bila mengalami gangguan ini, orang akan menunjukkan reaksi seperti amat tertekan batinnya (depresif) dan kadang-kadang menunjukkan reaksi riang gembira yang agak berlebihan (manic). Bila seseorang sedang mengalami gangguan manic yang agak ringan, yang disebut hipomania, orang tersebut akan kelihatan energik, entusiastik, dan penuh kepercayaan diri. Ia mengerjakan banyak tugas dan membicarakan banyak ide besar tanpa memperhitungkan segi praktis atau kelayakannya. Bila gangguan sudah cukup berat, ia akan bernyanyi-nyanyi, berteriak-teriak, memukul-mukul tembok, dan terus sangat aktif selama beberapa jam. Mereka mudah marah kalau diganggu dan tindakannya dapat bersifat merusak. Menurut DSM-III, gejala perilaku menyimpang yang biasanya disebut manic-depressive, diberi nama gangguan bipolar (a bipolar disorder), karena suasana hati berpindah-pindah dari kutub yang satu ke kutub yang lain dalam suatu kontinum.
Schizophrenia
Ciri umum gangguan ini adalah :
• Gangguan-gangguan pada pikiran dan perhatian penderita
• Gangguan-gangguan pada persepsi. Dunia ini seakan-akan nampak lain di mata penderita
• Gangguan-gangguan pada fungsi efek atau perasaan. Mereka sering terlihat depresif dan menarik diri dari lingkungan
• Menarik diri dari kenyataan. Penderita sering berkhayal sendiri dan tenggelam dalam dunia batinnya sendiri
• Mengalami delusi dan halusinasi. Penderita merasa yakin bahwa sesuatu akan terjadi pada dirinya (delusi) dan kadang-kadang diikuti oleh pengalaman-pengalaman individu (merasa melihat atau mendengar sesuatu) yang tidak dialami oleh orang lain. Bila keyakinan yang timbul adalah seolah-olah ada orang yang mengejar-ngejar dirinya (merasa mau dibunuh misalnya), maka penderita mengalami delusi persekusi. Bila penderita yakin bahwa ia mempunyai kekuatan atau kemampuan luar biasa, ia mengalami delusi grandeur.
Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola-pola perilaku yang bersifat mal-adaptif atau merugikan si pelaku dalam hubungannya dengan orang lain. Beberapa bagian dari gangguan kepribadian adalah :
• Kepribadian narsistik, yaitu rasa kagum yang berlebihan terhadap diri sendiri, merasa selalu berhasil dan superior, selalu mencari perhatian dan pujian, dan tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
• Kepribadian tergantung, yaitu pasif luar biasa, tidak mampu mengambil suatu keputusan, ada kecenderungan rendah diri, dan kebutuhan yang kuat untuk selalu ditolong orang lain
• Kepribadian antisosial atau yang biasa disebut dengan Psikopat, yaitu kecilnya rasa tanggung jawab, rendahnya nilai-nilai moral, dan dianggap tidak memiliki suara hati, tidak mempunyai perhatian terhadap orang lain, selalu memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa bersalah walaupun perilakunya merugikan orang lain. Para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian ini disebabkan oleh pola asuhan yang salah ketika masih kanak-kanak. Tetapi temuan baru di bidang biologis menunjukkan bahwa kemungkinan individu-individu ini sejak lahir telah membawa cacat yang disebut underreactive autonomic nervous system atau sistem syaraf otonom yang kurang relatif
Gangguan karena obat-obatan berbahaya
Obat-obat berbahaya seperti narkotika, alkohol, ganja, dan pil-pil psikotropika, bila tidak digunakan menurut petunjuk dokter, dapat menimbulkan akibat-akibat yang sangat serius pada diri pemakai. Ciri-ciri utama dari obat-obatan tersebut adalah mempengaruhi sistem syaraf pusat, baik menekan maupun merangsang syaraf pusat, serta mengembangkan toleransi tubuh. Penggunaan dalam takaran berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fisik serius yang dapat menimbulkan kematian. Bila syaraf-syaraf otak rusak karena penggunaan obat-obat berbahaya ini, maka akan timbul gejala-gejala perilaku seperti pada psikosis. Gejala-gejala ini disebut psikosis obat (drug psychosis).
HUBUNGAN AUTISME DAN ALERGI

Sumber : http://puterakembara.org/rm/Alergi3.shtml


Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme.
Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.
Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.

4. PROSES TERJADINYA PENGARUH ALERGI TERHADAP AUTISME
Hubungan alergi makanan dan Autisme dapat dijelaskan karena adanya pengaruh alergi makanan terhadap fungsi otak. Patofisiologi dan patogenesis( proses terjadinya penyakit) alergi mengganggu sistem susunan saraf pusat khususnya fungsi otak masih belum banyak terungkap. Namun ada beberapa kemungkinan mekanisme yang bisa dijelaskan, diantaranya adalah :

ALERGI MENGGANGGU ORGAN SASARAN
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi.
Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem Susunan Saraf Pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya termasuk gangguan perilaku pada anak. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.

TEORI ABDOMINAL BRAIN DAN ENTERIC NERVOUS SYSTEM
Pada alergi dapat menimbulkan gangguan pencernaan baik karena kerusakan dinding saluran pencernan atau karena disfungsi sistem imun itu sendiri. Sedangkan gangguan pencernaan itu sendiri ternyata dapat mempengaruhi system susunan saraf pusat termasuk fungsi otak.
Teori gangguan pencernaan berkaitan dengan Sistem susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama kaum klinisi. Penelitian secara neuropatologis dan imunoneurofisiologis banyak dilaporkan. Teori inilah juga yang menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autism melalui Intestinal Hypermeability atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Golan dan Strauss tahun 1986 melaporkan adanya Abdominal epilepsy, yaitu adanya gangguan pencernaan yang dapat mengakibatkan epilepsi.

KETERKAITAN HORMONAL DENGAN ALERGI
Keterkaitan hormon dengan peristiwa alergi dilaporkan oleh banyak penelitian. Sedangatan perubahan hormonal itu sendiri tentunya dapat mengakibatkan manifestasi klinik tersendiri.
Lynch JS tahun 2001 mengemukakan bahwa pengaruh hormonal juga terjadi pada penderita rhinitis alergika pada kehamilan. Sedangkan Landstra dkk tahun 2001 melaporkan terjadi perubahan penurunan secara bermakna hormone cortisol pada penderita asma bronchial saat malam hari.
Penemuan bermakna dilaporkan Kretszh dan konitzky 1998, bahwa hormon alergi mempengarugi beberapa manifestasi klinis sepereti endometriosis dan premenstrual syndrome. Beberapa laporan lainnya menunjukkan keterkaitan alergi dengan perubahan hormonal diantaranya adalah cortisol, metabolic, progesterone dan adrenalin.
Pada penderita alergi didapatkan penurunan hormon kortisol, esterogen dan metabolik. Penurunan hormone cortisol dapat menyebabkan allergy fatigue stresse, sedangkan penurunan hormone metabolic dapat mengakibatkan perubahan berat badan yang bermakna. Hormona lain uang menurun adalah hormone esterogen.
Alergi juga dikaitkan dengan peningkatan hormone adrenalin dan progesterone. Peningkatan hormon adrenalin menimbulkan manifestasi klinis mood swing, dan kecemasan. Sedangkan penongkatan hormone progesterone mengakibatkan gangguan kulit, Pre menstrual Syndrome, Fatigue dan kerontokan rambut.
Karakteristik autis
Sumber : http://autistik.wordpress.com/2008/03/01/karakteristik-autis/
The National Autistic Society mengemukakan ada tiga karakter utama yang menunjukkan seseorang menderita autis yakni :
- Social interaction – kesulitan dalam melakukan hubungan sosial,
- Social communication – kesulitan dengan kemampuan komuniskasi secara verbal dan nion verbal, sebagai contoh tidak mengetahui arti gerak isyarat, ekspresi wajah ataupun penekanan suara.
- Imagination – kesulitan untuk mengembangkan mainan dan imajinasinya, sebagai contoh memiliki keterbatasan aktifitas yang membutuhkan imajinasi.
Ciri-ciri Anak Autis
Sumber :
http://www.parenting.co.id/forum/forum_detail.asp?catid=&id=38&topicid=5347
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks, yang biasanya muncul pada usia 1-3 tahun.

Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada tahun pertama dan selalu sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme 2-4 kali lebih sering ditemukan pada anak laki2
Sifat-sifat yang biasa ditemukan pada anak autis:
# Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
# Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
# Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
# Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
# Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk
hubungan pribadi yang terbuka
# Jarang memainkan permainan khayalan
# Memutar benda
# Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah
dikenalnya dengan baik
# Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif
# Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal
# Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima/mengalami
perubahan
# Tidak takut akan bahaya
# Terpaku pada permainan yang ganjil
# Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
# Tidak mau dipeluk
# Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
# Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata, lebih senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
# Jengkel/kesal membabi buta, tampak sangat rusuh untuk alasan yang tidak jelas
# Melakukan gerakan dan ritual tertentu secara berulang (misalnya bergoyang-goyang atau mengepak-ngepakkan lengannya)
# Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali. Jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya).
# Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri.
# Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil (tidak ingin menendang bola tetapi dapat menyusun balok).

Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat. Selain itu, perilaku anak autis biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai dengan usianya.
Semprotan Hidung untuk Penderita Autis
Sumber : http://saidazan72.blogspot.com/2010/02/semprotan-hidung-untuk-penderita-autis.html

Ottawa, Sebuah semprotan hidung yang mengandung hormon oxytocin diciptakan khusus oleh peneliti untuk membantu penderita autis agar bisa lebih bersosialisasi.

Peneliti melakukan studi terhadap 13 orang autis, baik yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi maupun rendah. Partisipan yang menghirup spray (semprotan) itu dilaporkan lebih bisa berinteraksi dengan lainnya daripada partisipan yang tidak menghirup spray.

Penderita autis memang diketahui kesulitan dalam berkomunikasi, khususnya melakukan kontak mata. Tapi dengan menambahkan hormon oxytocin pada tubuhnya, hal itu bisa diatasi. Oxytocin diketahui sebagai kunci untuk meningkatkan sikap sosialisasi dan pengertian.

"Penambahan hormon oxytocin membuat penderita autis tingkat tinggi sekalipun, bisa merespons orang lain dan menunjukkan perilaku yang lebih bersosialisasi," kata Elissar Andari dari the Institutes des Science Cognitive seperti dilansir Telegraph, Senin (15/2/2010).
Dalam presentasinya di Mediterranean Conference Neuroscience di Mesir, terapi oxytocin disarankan sebagai salah satu alternatif pengobatan untuk penderita autis. Sekitar 500.000 orang Inggris dilaporkan menderita autis, dan kondisi tersebut membuat penderitanya tidak bisa sekolah atau bekerja seperti orang normal lainnya.

Selain bermasalah dengan komunikasi, penderita autis juga sangat sensitif terhadap suara, sentuhan, rasa, penciuman atau warna. Pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung tingkat autisme, tapi hal itu membutuhkan waktu yang lama.
Hormon Cinta membantu Para Penderita Autis

Sumber : http://www.conectique.com/get_updated/article.php?article_id=8419
Sebuah penelitian di Prancis membuktikan bahwa hormon ‘cinta’ yang mendorong ikatan antara ibu dan bayi, ternyata dapat memperbaiki fungsi sosial para penderita autisme. Dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dituliskan, bahwa para penderita autisme yang menghirup hormon oksitosin lebih memperhatikan dan menunjukan ekspresi ketika melihat gambar wajah serta lebih memahami isyarat-isyarat sosial dalam sebuah simulasi permainan.
Pemimpin penelitian, Angela Sirigu dari Center of Cognitive Neuroscience di Lyon, mengatakan terapi hormon ini sangat berpotensi pada orang dewasa ataupun anak-anak yang menderita autisme.
“Sebagai contoh, jika oksitosin diberikan lebih awal pada saat diagnosis dibuat, mungkin kita dapat mengubah gangguan perkembangan sosial pada penderita autis," kata Angela Sirigu lewat e-mail.

Angela mengatakan penelitian ini difokuskan pada oksitosin karena hormon ini dikenal sebagai hormon yang membantu ikatan ibu menyusui dengan bayinya. Dan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa anak dengan autisme memiliki kadar hormon oksitosin rendah. Penderita Asperger's syndrome dan gangguan autisme spektrum lainnya sering mengalami masalah dengan interaksi sosial. Hormon ini terbukti dapat membantu pasien autisme yang memiliki fungsi intelektual yang normal dan kemampuan bahasa yang cukup baik karena dapat meningkatkan kontak mata, yang merupakan penanda penting dari interaksi sosial.

"Kontak mata dapat dianggap sebagai langkah pertama dalam pendekatan sosial. Namun orang-orang dengan autisme sering menghindari kontak mata dengan orang lain,” ujarnya.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa oksitosin dapat meningkatkan kontak mata karena pasien terlihat sering melakukan kontak mata," katanya.

Hormon ini juga meningkatkan kemampuan penderita autisme dalam memahami respon orang lain terhadap mereka. Dalam penelitiannya, Angela dan koleganya melibatkan dua kelompok individu berusia 17-39 tahun. Kelompok pertama terdiri 13 orang, dimana 10 penderita di antaranya memiliki gejala spektrum autis dan tiga lainnya mengidap high functioning autisme (autisme dengan tingkat IQ tinggi). Sementara 13 orang lainnya masuk ke dalam kelompok dua, populasi kontrol.

Kedua kelompok ini kemudian diperintahkan bermain video game sepakbola di mana kelompok autisme mendapatkan inhaler oksitosin. Hasilnya, inhalasi oksitosin membuat pengidap Sindrom Asperger atau autisme IQ tinggi cenderung senang bermain dengan pasangan mereka yang lebih responsif secara sosial dalam permainan game sepakbola.
Hormon Owytocin bantu tangani Penderita Autis,
Sumber : http://hidayat89.dagdigdug.com/2010/02/21/hormon-owytocin-bantu-tangani-penderita-autis/
OXYTOCIN atau yang dikenal juga dengan hormon wanita, bisa membantu mengembangkan keterampilan dan perilaku sosial penderita autisme pada level high-functioning.
High-functioning autism merupakan istilah informal yang merujuk pada orang-orang autis yang dianggap memiliki fungsi yang lebih tinggi di bidang tertentu dibandingkan penderita autisme pada umumnya.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa orang-orang dengan gangguan high-functioning autism, seperti Asperger’s syndrome, yang ditangani dengan oxytocin merespon lebih kuat terhadap orang lain dan menunjukkan lebih banyak perilaku sosial yang tepat.
Meskipun mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, orang-orang dengan high-functioning autism kurang keahlian sosial untuk bergaul secara tepat dengan orang lain di dalam masyarakat.
Oxytocin dinamakan hormon cinta karena dikenal menguatkan hubungan antara ibu dan bayi. Hormon ini juga diyakini terlibat dalam pengaturan emosi dan perilaku sosial lainnya. Penelitian lain telah menemukan bahwa anak-anak autis memiliki kadar oxytocin yang lebih rendah dibandingkan anak-anak tanpa autisme.
Dalam studi yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences ini, peneliti memeriksa efek menghirup oxytocin terhadap perilaku sosial pada 13 orang dewasa muda dengan high-functioning autism dalam dua percobaan terpisah. Selain itu, peneliti juga melibatkan 13 partisipan tanpa autisme sebagai kelompok pembanding.
Pada percobaan pertama, peneliti mengamati perilaku sosial partisipan dalam ball-tossing game di komputer. Dalam game ini, pemain diminta memilih mengirim bola kepada karakter yang baik, buruk atau netral.
Pada umumnya, orang-orang dengan autisme tidak akan terlalu memperhatikan ketiga pilihan tersebut. Tapi dalam percobaan ini, mereka yang menghirup oxytocin lebih banyak terlibat dengan karakter baik dan mengirim lebih banyak bola kepada karakter yang baik dibandingkan yang jahat.
Partisipan dengan autisme yang diberikan placebo tidak menunjukkan perbedaan respon terhadap ketiga karakter. Sedang kelompok pembanding tanpa autisme mengirim lebih banyak bola kepada karakter yang baik.
Dalam percobaan kedua, peneliti mengukur tingkat perhatian dan respon partisipan terhadap gambar wajah manusia. Mereka yang ditangani dengan oxytocin lebih memperhatikan tanda-tanda visual di gambar dan melihat lebih lama pada area wajah yang berkaitan dengan informasi sosial, seperti mata.
“Di bawah pengaruh oxytocin, pasien merespon lebih kuat terhadap orang lain dan menunjukkan perilaku sosial yang lebih tepat. Hal ini menunjukkan potensi terapis oxytocin dalam menangani autisme,” terang peneliti Elissar Andari dari Centre Nátional de la Recherche Scientifique di Bron, Prancis, seperti dikutip situs webmd.com.
Peneliti menyatakan bahwa hasil studi ini mengindikasikan perlunya studi lanjutan untuk memeriksa efek oxytocin terhadap keterampilan dan perilaku sosial pada orang-orang dengan high-functioning autism
Menonton Kartun Bantu Penderita Autis

Sumber : http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/164-menonton-kartun-bantu-penderita-autis

Rachmatunnisa - Okezone LONDON - Orang tua seringkali khawatir jika anak terlalu banyak menonton kartun. Namun jika porsi dan jenis tontonan diatur dengan tepat, menonton kartun juga dapat bermanfaat. Selain menghibur, ternyata menonton kartun juga dapat menjadi terapi bagi anak autis.

Penderita autis umumnya mengalami gangguan yang disebut dengan autism spectrum disorders (ASD), akibatnya saat mereka berhadapan dengan seseorang cenderung lebih sering memperhatikan mulut ketimbang mata orang dihadapannya, demikian yang dilansir Times of India, Selasa (30/3/2009).

Penelitian terbaru pada anak autis berusia dua tahun menemukan bahwa gerakan mulut serta suara pecakapan yang dikeluarkannya begitu menarik perhatian penderita autis.

Tim peneliti yang diketuai Ami Klin dari Yale Child Study Center meneliti dua orang anak berusia dua tahun dengan gangguan sulit bersosialisasi, dibandingkan dengan dua anak lainnya yang tidak menderita autis. Mereka memperhatikan gerakan mata mereka pada saat menonton kartun animasi pada tampilan layar yang terpisah.
Kartun ini ditayangkan secara normal. Demikian juga dengan suara aktor kartun yang direkam bersamaan ketika animasi tersebut dibuat.

Anak penderita autis lebih fokus pada satu tokoh yang lebih kuat menarik perhatian mereka, yaitu tokoh yang bergerak sambil bertepuk tangan berkali-kali. Hal ini menjadi petunjuk bahwa penderita autis lebih menyukai audio visual yang dilihatnya berbarengan dengan keluarnya suara.
________________________________________"Hypnotherapy Sederhana Untuk Menangani Anak Penderita Autisme Yang Dapat Dilakukan Sendiri Oleh Para Orang Tua"
Sumber : http://www.untuksemua.com/televisi/hypnotherapy-sederhana-untuk-menangani-anak-penderita-autisme-2324/

Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit.

Dalam dunia medis dikenal istilah Psikosomatis, yaitu penyakit yang pada awalnya dipicu oleh suatu gangguan psikologis, tetapi kemudian berangsur-angsur menjelma menjadi penyakit fisik, contoh yang paling umum untuk penyakit jenis ini adalah Asma, yang seringkali dipicu oleh suatu kejadian traumatik di masa kecil.

Autis bukanlah penyakit yang sederhana, akan tetapi melalui konsep bahwa nilai-nilai yang terdapat di dalam pikiran bawah sadar dapat memicu berbagai hal, termasuk memicu otak dalam mengontrol tubuh fisik, maka Hypnotherapy dapat diterapkan untuk membantu penyembuhan penderita Autis.

PENYEBAB ANAK MENJADI PENDERITA AUTISME ( ADD, ADHD, ASPERGER)

Sumber :
http://www.sabdaspace.org/penyebab_anak_menjadi_penderita_autisme_cacat_otak_add_adhd_asperger_hyperaktive
Faktor-Faktor Penyebab Anak menjadi penderita Autisme ( ADD, ADHD, Asperger):
1.Tambalan gigi ibu hamil
KADAR TIMBAL TINGGI
Banyak dari anak penderita add/adhd memiliki kadar timbal yang lebih banyak dari anak-anak lain yang menyebabkan berubahnya susunan dan fungsi sel otak.
hal itu dipengaruhi karena kandungan timah/ logam yang ada dalam tambalan gigi si ibu, memang tidak semuanya tambalan gigi memakai unsur logam tapi hal itu
perlu ditanyakan kepada dokter gigi yang bersangkutan.

2. Kandungan Nutrisi dalam SUSU - AHA, DAH, FOLAT dan unsur lain...
Memang sepertinya kita ingin bayi kita pintar dan sehat... tapi ada penelitian yang mengatakan bahwa kandungan ini malah memicu terjadinya perubahan sel dalam otak anak tersebut. Bukannya anak kita malah jadi tidak boleh minum susu, tapi diperhatikan dulu apakah memang ada kegunaannya susu-susu mahal itu.

3. Kandungan CO2 dalam udara
Bagi para ibu hamil dan menyusui disarankan untuk memakai masker atau setidaknya menutup hidung ketika memasuki kawasan berpolusi, di belakang angkot atau kalau ada motornya ary thok lewat... hehehe...

4. PRODUK KOSMETIK PEMUTIH WAJAH DAN KULIT segala jenis
Maaf kepada pencinta kulit putih tapi pucat... hehehe.... dalam kosmetik mu pasti ada mercury nya walaupun itu kadarnya 0,00001 persen, jangan lansung percaya produk, lihat dan teliti. Lha daripada anak lahir menjadi penderita autisme...aku sudah ingatkan lho ya...

5. KADAR STRESS Ibu yang mengandung
Hendaknya kadar stress dapat dijaga. Tugas besar para suami untuk SIAGA- Siap Antar Jaga... hehehe...

6. Pola makan dan kebiasaan makan yang buruk
Bukan saya ingin mengajari, tapi bukankah menjadi ibu adalah dambaan setiap wanita? merasa beruntunglah dan bersyukur akan kehidupan baru itu...

7. Kesalahan Pola Asuh Anak
Ini bisa dilihat di metro tv tiap minggu apa ya... Nanny 911 ... lihatlah bagaimana kesalahan pola asuh orangtua
menjadikan anak menjadi liarr ( pinjam kata2 jf ) dan suka menentang ( pinjem kata-kata hai2) orang tua , bagaimana anak akan mendengarkan
guru di sekolah jika di rumah saja sudah tidak bisa diatur, tidak ada disiplin dan semaunya sendiri...

8. Keterlambatan Terapi
Orangtua menganggap anaknya normal-normal saja dan tidak mau mendengar keluhan guru tentang anaknya. Merasa malu jika anaknya harus diterapi padahal hal itu
sangat dibutuhkan oleh si anak.

Diet untuk Anak Autis Kurang

Jumat, 08/01/2010 07:45 WIB

Nurul Ulfah – detikHealth
Sumber : http://health.detik.com/read/2010/01/08/074526/1273939/764/diet-untuk-anak-autis-kurang-bermanfaat

Chicago,, Selama ini anak autis sering dikaitkan dengan masalah pencernaan. Anak autis sering dibilang punya usus bocor atau disebut sindrom 'leaky gut' atau 'autistic enterocolitis'. Namun kini peneliti mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Diet bebas gluten atau kasein pun tidak akan membantu anak autis.

Dalam laporan baru-baru ini yang dimunculkan dalam Journal Pediatrics, peneliti membantah bahwa anak autis lebih banyak mengalami masalah pencernaan dibanding anak normal. Peneliti juga menyebutkan, diet khusus seperti diet bebas gluten atau kasein tidak akan membantu anak autis.

Diet khusus pada anak autis dianggap bisa meringankan gejala anak autis. Setidaknya 1 dari 5 anak autis melakukan diet khusus seperti menghindari makanan yang mengandung gluten (protein dalam terigu) atau kasein (protein yang terdapat dalam susu).


Dokter-dokter yang menangani anak autis pun banyak yang menyarankan diet khusus tersebut. Namun dengan adanya studi ini, dokter disarankan untuk tidak lagi menganjurkan diet tersebut karena dapat mengurangi asupan nutrisi untuk anak.

Seperti dilansir Suntimes, Jumat (8/1/2010), sebanyak 28 pakar yang berasal dari 12 disiplin ilmu, mulai dari psikiater anak, pakar alergi pediatrik, gastroenterologi dan ahli nutrisi sepakat bahwa perlu studi lebih lanjut untuk membuktikan hubungan antara pencernaan yang bermasalah dengan anak autis.

Namun Jenny McCarthy, seorang aktris yang juga penulis buku 'Louder Than Words' mengaku berhasil menerapkan diet khusus untuk anaknya yang seorang autis.

Penyebab autis memang masih rancu hingga saat ini. Beberapa faktor yang berpotensi jadi penyebabnya antara lain faktor genetik, leaky gut syndrom, alergi makanan, vaksin dan paparan bahan kimia beracun.


Leaky gut syndrom adalah istilah untuk kondisi dinding usus yang berubah permeabilitasnya sehingga tidak bisa menyerap atau dimasuki molekul-molekul besar seperti protein. Jika molekul tersebut masuk ke dalam usu, maka tubuh akan mengenalnya sebagai zat asing dan akan mengeluarkan respon antigen-antibodi.

Beberapa penyebab yang diduga memicu sindrom Leaky gut syndrom antara lain :
1. Pertumbuhan jamur candida albicans dalam flora usus
2. Penggunaan antibiotik berlebih
3. Kekurangan hormon pencernaan
4. Pemakaian obat (NSAIDS, antacids, ibuprofen)
5. Konsumsi kafein dan gula berlebih
6. Konsumsi berlebih makanan dari tepung terigu seperti roti, pasta atau kue-kue lainnya yang mengandung gandum
7. Stres
8. Fungsi liver yang rendah

Autis bisa menimpa hampir semua lapisan suku, ras dan sosioekonomi. Laki-laki dilaporkan lebih banyak mengalami autis dibanding perempuan dengan rasio yaitu 4 banding 1.

CIRI CIRI ANAK AUTISME MENURUT USIA

SUMBER : HTTP://WWW.ENFORMASI.COM/2008/05/CIRI-IRI-ANAK-AUTISME-MENURUT-USIA.HTML

Gejala anak autis bisa dilihat dari usia dini, karena itu coba perhatikan anak anda dalam setiap tahap. Terkadang orangtua tidak terlalu peka terhadap tingkah laku anak, jangan samapai terlambat. Walau autis ini tidak penyakit, tetapi gangguan kelemahan terhadap sistim saraf akibat faktor geneti yang lemah. Tapi anak autis ini perlu perhatian yang lebih ekstra sekali. Perinsip penanganan anak peyandang autis ini sejak awal dan berikut ini gejala autis ini berdasarkan usia: •




Usia 0 – 6 bulan. Apabila anak anda terlalu tenang dan jarang menangis, terlalu sensitive, gerakan tangan dan kaki yang terlalu berlebihanterutama pada saat mandi. Tidak pernah terjadi kontak mata atau senyum yang secara social, dan digendongakan mengepal tangan atau menegangkan kaki secara berlebihan.
Usia 6 – 12 bulan. Kalau digendong kaku atu tegang dantidak berenterasi atautidak tertarik pada maianan atu tidak beraksi terhadap suara atau kata. Dan selalu memandang suatu benda atau tangannya sendiri secara lama. Itu akibatterlambat dalam perkembangan motorik halus dan kasar. •
Usia 2 - 3 tahun. Tidak berminat atau bersosialisasi terhadap anak-anak lain dan kontak mata tidak nyambung dan tidak pernah focus.juga kaku terhadap orang lain dan masih senang digendong dan malas mengerakan tubuhnya. •

Usia 4 – 5 tahun. Sukanya anak ini berteriak-teriak dan suka membeo atau menirukan suara orang dan mengeluarkan suara-suara aneh. Dan gampang marag atau emosi apabila rutinitasnya diganggu dan kemauanya tidak dituruti dan agresif dam mudah menyakiti diri sendiri.

Gen Penyebab Autisme Ditemukan Dominan Pada Pria

Kamis, 21 Mei 2009 | 02:10 WIB
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/05/21/brk,20090521-177406,id.html
TEMPO Interaktif, Jakarta : Bagi pemerhati sindrom kelainan emosional dan mental yang disebut dengan istilah autisme, riset yang menunjukkan bahwa kelainan itu lebih rentan menimpa anak laki-laki dibanding perempuan mungkin sudah pernah didengar.

Riset itu dilanjut oleh kelompok peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA) yang melaporkan penjelasan atas hasil riset sebelumnya pada jurnal kesehatan Molecular Psychiatry baru-baru ini.

Tim dari UCLA itu menemukan unsur genetis tertentu pada pola genetis penderita-penderita autis yaitu pada kromosom 17. Kromosom 17 adalah salah satu dari 23 pasang kromosom yang menyusun struktur DNA dan protein pada setiap sel manusia, yang mengandung sekitar 1.200 sampai 1.500 unsur genetis.
Para ahli memberi nama unsur genetis itu CACNA1G dan mengatakan pengamatan mereka atas 1.000 penderita autis menunjukkan bahwa unsur itu lebih banyak ditemui pada penderita laki-laki dibanding perempuan. Namun penelitian itu belum dapat menjelaskan mengapa unsur itu bisa lebih banyak ditemui pada penderita laki-laki dibanding perempuan.

Dr. Daniel Geschwind, Direktur Pusat Penelitian dan Penanganan Autisme Universitas California Los Angeles mengatakan unsur CAGNA1G sebenarnya ditemui secara umum pada sekitar 40 persen sampel DNA yang diamati, namun satu varian dari unsur itu ternyata dominan pada anak laki-laki.

Namun Geschwind mengingatkan bahwa unsur genetis pada kromosom 17 itu tidak dapat dianggap sebagai penyebab tunggal autisme karena masih banyak unsur genetis lain yang menjadi penyebab kelainan itu seperti yang ditemukan pada riset-riset sebelumnya

Vaksin bukan penyebab autisme

By budi, okezone.com, Updated: 3/9/2010 10:04 AM

Sumber : http://news.id.msn.com/okezone/lifestyle/article.aspx?cp-documentid=3930985

Banyak orangtua yang masih beranggapan vaksin yang diberikan kepada anak-anak mereka dapat menyebabkan autisme. Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Imunisasi sepertinya sudah menjadi suatu keharusan di zaman sekarang.
BANYAK orangtua yang masih beranggapan vaksin yang diberikan kepada anak-anak mereka dapat menyebabkan autisme. Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Imunisasi sepertinya sudah menjadi suatu keharusan di zaman sekarang.
Munculnya berbagai penyakit membuat imunisasi penting untuk menjaga kekebalan tubuh dari serangan penyakit tertentu. Namun sayang, masih ada kekhawatiran sebagian orang bahwa vaksin yang diberikan justru bisa menyebabkan anak menderita autisme.
Tak hanya masyarakat Indonesia, di Amerika Serikat pun kekhawatiran tersebut juga ada. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa satu dari empat orang tua percaya beberapa vaksin menyebabkan autisme pada anak-anak yang sehat. Namun, mereka yang khawatir tersebut tidak mengelak bahwa anak-anaknya harus di vaksinasi.
Dari survei terhadap 1.552 orangtua, kebanyakan mereka tetap mengikuti anjuran dari dokter anak untuk tetap memvaksinasi buah hatinya. Pasalnya, penelitian terbaru soal itu tidak menemukan hubungan langsung antara autisme dan vaksin.
"Sembilan dari 10 orangtua percaya bahwa vaksinasi adalah cara terbaik untuk menangkal penyakit untuk anak-anak mereka," kata peneliti utama Dr Gary Freed dari University of Michigan.
"Untungnya, kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan anaknya terkena autis tidak lebih besar daripada keputusan untuk menyuntikkan vaksin, sehingga anak-anak mereka dapat dilindungi dari penyakit yang mengancam kehidupannya kelak," imbuhnya.
Pada 2008, anak-anak usia sekolah yang tidak divaksinasi menderita wabah campak di California, Illinois, Washington, Arizona, dan New York. Hal ini diungkapkan Dr Melinda Wharton dari US Centers for Disease Control and Prevention. Sekitar 13 persen dari 140 anak yang jatuh sakit pada tahun itu mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Beruntung semua anak sembuh," kata Wharton sambil menyebutkan bahwa campak juga dapat mematikan.
"Jika kita tidak vaksinasi mereka,penyakit ini akan datang kembali," lanjutnya.
Sementara itu, ketakutan vaksin mempunyai hubungan dengan autisme berasal dari sebuah studi spekulatif pada 1998, yang barubaru ini penelitian tersebut akhirnya dicabut kembali oleh jurnal kedokteran di Inggris.
Penarikan tersebut diambil segera setelah sebuah dewan yang mengatur regulasi dokter Inggris menuding bahwa penulis studi itu berlaku kurang jujur dan tidak etis.
Sementara itu, studi baru yang didasarkan pada survei di Universitas Michigan kepada orangtua ini dilakukan sekitar setahun yang lalu, jauh sebelum pencabutan studi pada 1998. Banyak juga penelitian lain yang gagal menemukan hubungan antara vaksin dan autisme.
Kelompok-kelompok advokasi besar seperti Autism Speaks, juga terus menyerukan orangtua untuk rutin memvaksinasi anakanak mereka.
"Sekarang ini sudah terbukti banyak orang yang melakukan penipuan secara terang-terangan. Mungkin hal itu akan meyakinkan banyak orangtua bahwa hal ini tidak boleh terjadi lagi," kata Freed seperti tertulis dalam rangkuman studinya yang dimuat untuk edisi April jurnal Pediatrics, yang dirilis Senin (1/3) lalu.
Beberapa dokter yang "kekeuh" menyatakan bahwa vaksin menyebabkan autisme meminta orangtua untuk mencari dokter lain sebagai pembanding dan menyebut mereka para orangtua sebagai "egois".
Sebuah pernyataan dari kelompok pakar di Philadelphia, Amerika Serikat menegaskan bahwa pemerintah harus mendukung program vaksinasi ini. Mereka yakin bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme atau cacat pertumbuhan pada anak.
Justru dengan tidak divaksinasinya anak Anda, Anda menjadi egois karena mengambil keuntungan dari ribuan anak lain yang menjalankannya. Kami merasa sikap tersebut tidak bijaksana dan tidak bisa diterima. Disebutkan juga bahwa bagi dokter yang "benar-benar menolak" vaksin dapat menemui dokter lain untuk mendapatkan pelajaran.
"Kami menyebutnya manifesto," ujar Dr. Bradley Dyer dari All Star Pediatrics di Lionville, Pa, Amerika Serikat.
Puluhan dokter, ujar Dyer, telah diminta untuk menginformasikan pernyataan tersebut dan hanya segelintir orangtua yang telah mengambil anak-anak mereka di tempat lain.
"Para orangtua mengucapkan terima kasih karena telah mengatakan hal tersebut. Kita merasa lebih baik tentang hal itu," katanya.
Studi terbaru mengenai vaksin ini didasarkan pada survei secara online kepada orangtua yang memiliki anak berusia 17 tahun atau di bawahnya. Survei ini menggunakan sampel yang dipilih secara acak dari perwakilan partisipan secara nasional.
Setiap keluarga diberi fasilitas akses internet jika ada yang belum memilikinya. Hal ini untuk memastikan agar keluarga dari semua kalangan bisa masuk. Hasilnya, 25 persen orangtua setuju terhadap pernyataan bahwa "beberapa vaksin menyebabkan autisme pada anak-anak yang sehat".
Sekitar 29 persen para ibu setuju dengan pernyataan itu.Sementara para ayah, sekitar 17 persen Hampir 12 persen orangtua mengatakan akan menolak vaksin untuk anak-anak mereka jika dianjurkan dokter keluarganya. Sekitar 56 persen partisipan mengaku akan menolak vaksin yang relatif baru seperti vaksin pencegahan terhadap human papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Sedangkan yang lainnya akan menolak vaksin terhadap penyakit meningokokus (32%), cacar air (32%) dan measles- mumps-rubella atau MMR (18%). Orangtua yang menolak vaksin HPV,yang telah direkomendasikan kepada anak perempuan sejak 2006, mengemukakan berbagai macam alasan.
Sementara, orangtua yang menolak vaksin MMR, mengakui bahwa mereka telah banyak mendengar dan membaca bahwa penggunaan vaksin ini akan menimbulkan banyak risiko yang terlalu besar di antaranya menderita autisme pada anak.
Menurut Dr Gary S Marshall dari University of Louisville School of Medicine dan penulis buku saku dokter soal vaksinasi, hasil dari penemuan ini akan bermanfaat banyak untuk membantu dokter mengomunikasikan persoalan ini lebih intensif kepada orangtua
Penyebab Autis Pada Anak. Orangtua yang punya anak autis sering dibayangi terus menerus oleh pertanyaan ‘kenapa harus anak saya?’. Meski banyak kemungkinan seorang anak terkena autis, tapi banyak orang tua yang tidak terima anaknya menderita autis.
“Beberapa orang tua terus mencari tahu jawaban pertanyaan tersebut dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, tapi mereka tetap tidak terima anaknya terkena autis,” ujar Patricia Robinson,terapis ADHD, autis dan Asperger’s sindrom seperti dilansir CNN, Senin (8/2/2010).
Maria Collazo dari New Jersey, orang tua dari bocah 5 tahun penderita autis mulai curiga pada anaknya setelah ia kesulitan mengambil benda dan mengucapkan kata pada umur 1 tahun.
Setelah tahu bahwa anaknya mengalami autis, Maria langsung melakukan browsing di internet, pergi ke perpustakaan, memesan buku dan menghabiskan waktu berjam-jam mengenai autis.
Ia mulai berpikir, apakah pekerjaannya yang selama berjam-jam di kantor, penggunaan Blackberry atau radiasi saat memeriksa kandungan yang membuatnya melahirkan anak dengan kondisi autis.
“Saya bertanya banyak hal pada diri sendiri. Apakah saya makan sesuatu yang tidak seharusnya? Apakah saya terkena paparan zat berbahaya selama hamil? Saya terus bertanya tapi saya tetap tidak tahu jawabannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang membuat pikiran ini terus bertanya,” tutur Maria.
Menurut Dr Judith Miles, professor pediatrik dan patologi, sangat wajar dan manusiawi jika seseorang ingin tahu kenapa sesuatu hal bisa terjadi. Tapi kebanyakan bertanya pada diri sendiri apalagi menyalahkan diri sendiri bisa membuat seseorang depresi.
“Mereka terus-terusan mencari tahu dan melihat ke belakang. Mereka juga terus menyalahkan dirinya sendiri, jangan-jangan kebiasaannya saat hamil adalah penyebabnya. Padahal tidak ada bukti kuat yang menunjukkannya,” kata Dr Judith.
Mungkin harusnya saya tidak melakukan itu, mungkin harusnya saya tidak tinggal di daerah itu, mungkn harusnya saya tidak mengonsumsi makanan organik atau mungkin harusnya saya lebih banyak minum vitamin adalah pernyataan yang sering terlintas pada benak orang tua.
Dr Judith yang merupakan direktur biomedis dari the Thompson Center for Autism and Neurodevelopmental Disorders di University of Missouri menyebutkan, bahwa orang tua seharusnya bisa menerima anak yang telah dilahirkan ke dunia apapun kondisinya tanpa perlu memaksakan diri untuk tahu penyebab pastinya.
“Banyak orang tua yang terbangun tengah malam dan terus mencari tahu jawaban untuk teka-teki yang sebenarnya tidak perlu mereka cari tahu. Cukup menerimanya dengan lapang dada bisa menghilangkan pertanyaan yang terus menghantui tersebut,” kata Dr Judith.
Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat.
Sampai saat ini belum ada satu penyebab yang pasti mengakibatkan anak autis. Namun faktor genetik, lingkungan yang terpapar merkuri atau logam berat, pestisida atau antibiotik yang berlebihan diduga sebagai penyebabnya.
Sumber :
http://health.detik.com/read/2010/02/08/140512/1295158/764/kenapa-anak-saya-kena-autis