Selasa, 11 Mei 2010

PSIKOLOGI ANAK : KELUARGA SINGLE-PARENT

Banyak yang mengira bahwa menjadi keluarga tunggal maka sama saja dengan menjadi broken home, tentu saja itu 100% salah. Tidak ada hubungannya antara keluarga tunggal dengan broken home. Memang benar bahwa sebagian keluarga tunggal broken home, namun sebagian keluarga utuh juga broken home. Jadi, broken home bukanlah ciri dari keluarga tunggal.

Keluarga tunggal adalah keluarga yang sehat, dan tidak ada yang salah dengannya. Sepanjang interaksi antar anggota keluarga terus terjadi dan terjalin dengan baik, maka keluarga tunggal bukanlah broken home.

Keluarga broken home adalah keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak terjalin dengan baik; antar anggota keluarga tidak saling terhubung, komunikasinya tidak jalan. Biasanya, justru dalam keluarga tunggal komunikasi akan lebih lancar dan ikatan antara anggota keluarga akan lebih erat.

Dampak negatif yang dialami anak yang timbul setelah perceraian atau kematian salah satu orangtua mereka biasanya bukan hanya karena perceraian atau kematian itu sendiri. Bahayanya justru datang dari konflik yang mengikuti perceraian itu, atau gara-gara terjadinya gangguan jangka panjang terhadap gaya pengasuhan terhadap si anak yang dilakukan oleh orang dewasa yang terganggu. Oleh sebab itu, Anda harus pulih lebih dahulu sebelum bisa memulihkan anak-anak. Anda harus sehat lebih dulu sebelum bisa membuat anak-anak sehat. Jika Anda tidak kunjung pulih maka boleh jadi Anda mengasuh anak Anda tidak dalam cara-cara yang tepat dan benar, yang bisa mengakibatkan anak Anda bermasalah. Keluarga Anda akan menjadi keluarga broken home, apabila pengasuhan yang Anda lakukan terganggu. Jika tidak terganggu, maka broken home tidak akan menjadi bagian dari keluarga Anda.


sumber :http://meha.jazz.or.id/2009/08/25/psikologi-anak-keluarga-single-parent/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar