Minggu, 28 Maret 2010

FAKTOR UMUM PENYEBAB GANGGUAN JIWA:
1. Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit,
muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah,
bukan dua) pada pasangan Kromosoma No. 21.
Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual)
ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang abnormal.
2. Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik
yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan),
sex, temperamen, fungsi endoktrin daurat syaraf jenis darah.
3. Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang
berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada
timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi
berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak.
4. Perkembangan Psikologik yang salah
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase
berikutnya;
b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai
kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau
c. disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau
gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita akan membicarakan beberapa
faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat
5. Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau di
asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal.
Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan edngan
retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum
anak breumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.
6. Pola keluarga yang petagonik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranna yang penting dalam pembentukan
kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik dalam keluarga
sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak
itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak
itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka
malahan mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.
7. Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa “badai
dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadpai dengan pertumbuhan yang cepat, perubahanperubahan
badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga
mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain,
sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya
masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa
tanggung jawab yang lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri.
Tidak jarang terjadi “krisis identitas” (Erikson, 1950)
8. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara
dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam
hal “ke-sementara-an” (“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman”
(“diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga
kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya
dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat
mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya.
Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).
9. Genetika :
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan
psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara
kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki
faktor herediter.
10. Neurobiological
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada
susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah
kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus
frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991).
Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta
paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang
memiliki lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta
disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=299508794532

Tidak ada komentar:

Posting Komentar