Minggu, 14 Maret 2010

Hormon Cinta membantu Para Penderita Autis

Sumber : http://www.conectique.com/get_updated/article.php?article_id=8419
Sebuah penelitian di Prancis membuktikan bahwa hormon ‘cinta’ yang mendorong ikatan antara ibu dan bayi, ternyata dapat memperbaiki fungsi sosial para penderita autisme. Dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dituliskan, bahwa para penderita autisme yang menghirup hormon oksitosin lebih memperhatikan dan menunjukan ekspresi ketika melihat gambar wajah serta lebih memahami isyarat-isyarat sosial dalam sebuah simulasi permainan.
Pemimpin penelitian, Angela Sirigu dari Center of Cognitive Neuroscience di Lyon, mengatakan terapi hormon ini sangat berpotensi pada orang dewasa ataupun anak-anak yang menderita autisme.
“Sebagai contoh, jika oksitosin diberikan lebih awal pada saat diagnosis dibuat, mungkin kita dapat mengubah gangguan perkembangan sosial pada penderita autis," kata Angela Sirigu lewat e-mail.

Angela mengatakan penelitian ini difokuskan pada oksitosin karena hormon ini dikenal sebagai hormon yang membantu ikatan ibu menyusui dengan bayinya. Dan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa anak dengan autisme memiliki kadar hormon oksitosin rendah. Penderita Asperger's syndrome dan gangguan autisme spektrum lainnya sering mengalami masalah dengan interaksi sosial. Hormon ini terbukti dapat membantu pasien autisme yang memiliki fungsi intelektual yang normal dan kemampuan bahasa yang cukup baik karena dapat meningkatkan kontak mata, yang merupakan penanda penting dari interaksi sosial.

"Kontak mata dapat dianggap sebagai langkah pertama dalam pendekatan sosial. Namun orang-orang dengan autisme sering menghindari kontak mata dengan orang lain,” ujarnya.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa oksitosin dapat meningkatkan kontak mata karena pasien terlihat sering melakukan kontak mata," katanya.

Hormon ini juga meningkatkan kemampuan penderita autisme dalam memahami respon orang lain terhadap mereka. Dalam penelitiannya, Angela dan koleganya melibatkan dua kelompok individu berusia 17-39 tahun. Kelompok pertama terdiri 13 orang, dimana 10 penderita di antaranya memiliki gejala spektrum autis dan tiga lainnya mengidap high functioning autisme (autisme dengan tingkat IQ tinggi). Sementara 13 orang lainnya masuk ke dalam kelompok dua, populasi kontrol.

Kedua kelompok ini kemudian diperintahkan bermain video game sepakbola di mana kelompok autisme mendapatkan inhaler oksitosin. Hasilnya, inhalasi oksitosin membuat pengidap Sindrom Asperger atau autisme IQ tinggi cenderung senang bermain dengan pasangan mereka yang lebih responsif secara sosial dalam permainan game sepakbola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar